Di sisi lain, analis BNI Securities Maxi Liesyaputra berpendapat, kenaikan yang terjadi pada indeks sektor properti disebabkan harga saham yang sudah terlalu rendah atau sampai pada area jenuh jual.
Dengan harga yang sudah relatif murah tersebut, pelaku pasar pun melakukan akumulasi beli sehingga mendongkrak harga saham properti sepanjang pekan lalu.
"Sentimen positif bisa dibilang belum ada, ini karena harga saham saja yang sudah terlalu turun," ujar Maxi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan demikian, beberapa emiten properti yang mengalami kenaikan bila diakumulasi sepanjang pekan lalu, yakni PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), Metropolitan Kentjana, dan Summarecon Agung.
Metropolitan Kentjana menjadi emiten yang memiliki kinerja saham tertinggi bila dibandingkan dengan yang lainnya, karena mengalami kenaikan hingga 17,91 persen pada pekan lalu dan berakhir di level Rp28.300 per saham.
Kemudian, Ciputra Development tumbuh 2,89 persen, Lippo Karawaci 2,79 persen, dan Summarecon Agung tumbuh tipis sebesar 1,53 persen.
Sementara itu, Hans menilai, masuknya kembali pelaku pasar ke sektor properti bukan karena harga saham emiten tersebut yang sudah terlalu turun. Artinya, penurunan harga saham berbasis properti belum dapat dikatakan jenuh jual.
"Belum (jenuh jual). Ini pelaku pasar ambil kesempatan saja, ada sentimen positif lalu masuk," jelas Hans.
Bila dilihat, rata-rata pergerakan saham emiten properti sepanjang semester I 2017 memang mengalami penurunan. Misalnya saja, Lippo Karawaci yang turun 8,33 persen dari Rp720 per saham menjadi Rp660 per saham pada perdagangan akhir Juni 2017
Kemudian, harga saham Ciputra Development mengalami koreksi sampai 10 persen dan Summarecon Agung yang turun tipis 1,52 persen. Sementara, khusus Metropolitan Kentjana sendiri berhasil mengalami penguatan meski tipis 0,97 persen.