Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah menyebut investasi di sektor hulu maupun hilir migas mencapai US$4,8 miliar per semester I 2017. Angka ini hanya 21,62 persen dari target hingga akhir tahun ini yang mencapai US$22,2 miliar.
Secara lebh rinci, investasi sebanyak US$4,02 miliar merupakan penanaman modal di sisi hulu migas, di mana sisa US$774 juta merupakan investasi di bidang hilir migas. Dari dua sektor tersebut, hulu migas adalah sektor yang paling terpukul sepanjang semester I lalu karena harga minyak yang masih belum membaik.
Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Sukandar menuturkan, pada awalnya target dibuat tinggi karena rencana kerja dan anggaran (Work Program and Budget/WP&B) diserahkan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) pada kuartal III tahun lalu. Namun, dalam perjalanannya, banyak aktivitas yang tidak dilakukan karena mempertimbangkan beberapa hal.
“WP&B dibuat ketika kuartal III tahun lalu, namun memang perencanaannya itu tidak sesuai dengan realisasinya,” ujar Sukandar di Kementerian ESDM, Selasa (8/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia melanjutkan, mungkin saja realisasi investasi migas bisa meleset lebih rendah dari target akhir tahun mendatanng. Kendati begitu, ia melihat beberapa proyek yang sekiranya bisa menopang realisasi investasi migas hingga akhir tahun nanti.
Beberapa proyek itu antara lain adalah proyek kilang gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) Tangguh Train 3 milik British Petroleum (BP) Berau Ltd.
Selain itu, pemerintah juga berharap banyak dari pelaksanaan investasi PT Pertamina (Persero) di masa-masa transisi pengelolaan Wilayah Kerja (WK) Mahakam dari Total E&P Indonesie.
“Tangguh Train 3 saat ini sedang dikonstruksi. Saat ini sedang ada land preparation, lalu dilakukan juga offshore structure dan long lead item. Kegiatan seperti ini yang bisa membantu investasi meski nantinya (investasi) tidak bakal sampai US$22 miliar,” ungkapnya.
Di sisi lain, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menuturkan, tak selamanya capaian investasi yang masih rendah diartikan sebagai hasil yang buruk. Pasalnya, terdapat kemungkinan bahwa investasi yang rendah disebabkan karena investor telah menemukan cara yang tepat untuk mengefisienkan biaya-biaya yang diperlukan.
Dalam hal ini, ia mencontohkan rencana pengembangan lapangan gas Jambaran-Tiung Biru kelolaan PT Pertamina EP Cepu yang kini bisa dikerjakan dengan angka US$1,6 miliar saja dari anggaran rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) sebesar US$2,05 miliar.
“Efisiensi membuat nilai investasi menjadi kecil, namun bukan menjadikan proyek migas ikut menyusut juga,” pungkasnya.
Adapun hingga akhir tahun ini, pemerintah menargetkan investasi hulu migas sebesar US$13,8 miliar, atau 59,9 persen dari target akhir tahun nanti. Sementara itu, sisa US$8,4 miliar merupakan target investasi untuk sektor hilir migas.