Jakarta, CNN Indonesia -- PT Home Credit Indonesia membukukan penyaluran pembiayaan sebesar Rp2,2 triliun hingga semester I 2017. Angka ini meroket sebesar 213,39 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, yaitu sebesar Rp702 miliar. Namun, harap maklum, perseroan terbilang sebagai pemain baru di industri pembiayaan.
Direktur Utama Home Credit Indonesia Jaroslav Gaisler mengungkapkan, pertumbuhan juga dikarenakan jaringan distribusi perseroan yang semakin luas. Titik distribusi perseroan per akhir Juni mencapai 7.193 titik atau meningkat dua kali lipat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu 2.735 titik.
Hal ini berimbas pada kenaikan jumlah nasabah dari 285.642 orang menjadi 776.802 orang. "Untuk enam bulan pertama, memang angka penyaluran pembiayaan kami meningkat tiga kali lipat. Ini semua karena bisnis yang efektif dan efisien akibat penambahan distribusi yang kami lakukan," ujarnya, Rabu (9/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut ia melanjutkan, penyaluran pembiayaan paling kencang terjadi sepanjang Juni silam, di mana penyaluran pembiayaan bisa mencapai Rp500 miliar. Menurutnya, angka ini bahkan sama seperti realisasi setahun penuh perseroan pada 2015 silam.
Pola konsumsi saat ramadan dan lebaran disebut-sebut menjadi penopang derasnya pembiayaan. Ini sekaligus mematahkan pendapat yang menyatakan bahwa daya beli masyarakat turun.
"Mungkin ada perubahan perilaku belanja, mengingat ketersediaan lembaga pembiayaan kini sudah banyak. Lagipula, tak elok melihat kemampuan daya beli masyarakat pada saat momen tertentu saja. Itu harus dibuktikan secara agregat hingga akhir tahun," tegas Jaroslav.
Pun demikian, ia menuturkan, pencapaian pembiayaan perseroan semester I 2017 ini baru 44 persen dari target pembiayaan hingga akhir tahun nanti yang sebesar Rp5 triliun.
Namun, ia optimistis, perusahaan pembiayaan non-bank asal Republik Ceko ini mampu menembus target sesuai yang diharapkan. Optimisme ini bukan isapan jempol, apabila berkaca pada realisasi pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,01 persen.
Dengan capaian tersebut, pertumbuhan ekonomi diyakini masih mampu menggairahkan konsumsi masyarakat dan mendorong aktivitas lembaga pembiayaan.
"Kami bisa tumbuh signifikan di semester I 2017 dan kami harapkan bisa mengulang hal yang sama hingga akhir tahun mendatang. Apalagi, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,01 persen itu sudah cukup bagus, negara-negara Eropa saja saat ini mungkin harus mati-matian untuk mencapai angka tersebut," katanya.
Sebagai informasi, perusahaan memasang target pembiayaan tahun ini lebih tinggi 163,15 persen dibandingkan capaian tahun sebelumnya Rp1,9 triliun. Adapun hingga semester I 2017, sebanyak 76 persen pembiayaan disalurkan ke pembelian ponsel, 14 persen untuk barang elektronik, dan 10 persen untuk pembelian furnitur.