Menko Darmin Sebut Pelonggaran Moneter Tergantung Nyali BI

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Senin, 14 Agu 2017 12:00 WIB
Kondisi inflasi yang rendah disebut dapat menjadi sinyal positif bagi Bank Indonesia untuk melonggarkan kebijakan moneternya.
Bank Indonesia selaku otoritas kebijakan moneter disebut Menko Perekonomian Darmin Nasution juga masih perlu mempertimbangkan sentimen moneter dari global, khususnya dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve. (CNN Indonesia/Christie Stefanie)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution melihat, capaian inflasi yang cukup rendah pada paruh pertama tahun ini sebesar 2,35 persen bisa menjadi sinyal positif bagi Bank Indonesia (BI) untuk melonggarkan kebijakan moneter. 

Namun, sambung Darmin, BI selaku otoritas kebijakan moneter masih perlu mempertimbangkan sentimen moneter dari global, khususnya dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve. The Fed sebelumnya memberi indikasi adanya peningkatan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) dalam waktu dekat.

Menurutnya, kenaikan FFR tersebut terlihat dari perbaikan ekonomi Negeri Pam Sam di beberapa bulan terakhir. Selain itu, kenaikan suku bunga The Fed memang masih akan terjadi, setelah di Maret lalu, The Fed mengerek suku bunganya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang itu, orang-orang punya kecenderungan mendorong suku bunga turun. Itu selalu ada faktor plus minus, pro dan kontra. Tapi bagaimana nanti ke depan? Itu tergantung BI nyalinya bagaimana?" tutur Darmin usai sebuah acara diskusi ekonomi di Hotel Borobudur, Senin (14/8).

Adapun wacana pelonggaran moneter dari BI, sempat dilontarkan Gubernur BI Agus DW Martowardojo beberapa pekan lalu guna menggairahkan kembali perekonomian Indonesia di paruh kedua tahun ini. Sebab, pada kuartal II 2017, ekonomi Indonesia tercatat stagnan dari kuartal sebelumnya di kisaran 5,01 persen.
Selain itu, ia melihat, di paruh pertama, ekonomi masih dipenuhi dengan konsolidasi dari sisi dunia usaha dan perbankan. Sementara itu, konsumsi masyarakat terbilang cukup lemah, dengan realisasi pertumbuhan yang hanya tipis meningkat ke 4,95 persen dari sebelumnya 4,94 persen.

"Tidak tertutup kemungkinan BI akan easing untuk merespon dan membantu ekonomi kita supaya pertumbuhan ekonomi dan investasi terjaga," kata Agus.
Sayangnya, Agus enggan merinci rencana pelonggaran kebijakan moneter apa yang tengah dikajinya. Namun, ia memastikan, hal tersebut akan dilakukan setelah BI mengkaji data-data yang diperoleh dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) di minggu ini. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER