Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) tengah menemui hambatan demi mendapatkan hak partisipasi (Participating Interest/PI) dua lapangan migas di Rusia, yakni Russkoye dan Chavyo. Sebab, perusahaan akan mengalami permasalahan perpajakan dalam mengangkut minyak dari Rusia ke Indonesia jika jadi mengelola dua lapangan itu.
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam menuturkan, pajak dari hasil produksi ini tentu sangat mempengaruhi keekonomian lapangan tersebut. Apalagi, selain pajak impor minyak ke Indonesia, rencananya Rusia juga akan membebani pajak lain yakni pajak akuisisi kepada Pertamina dengan nilai yang tidak sedikit.
"Kalau di Rusia kelihatannya (akuisisi lapangan minyak) kesulitan di area
tax.
Tax untuk produksi minyak yang rencananya kami bawa. Karena kami di sana dapat
tax di sini juga dapat
tax. Jadi keekonomian kita tidak bisa masuk," ujar Syamsu, Rabu (16/8).
Ia melanjutkan, usulan keringanan pajak itu sudah diusulkan ke pemerintah. Sayang, hingga saat ini, pemerintah belum merespons permintaan Pertamina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, Rosneft, selaku operator dua lapangan itu, tak bisa menunggu lama-lama keputusan Pertamina mengingat ada perusahaan lain yang berminat mencaplok hak partisipasi di dua blok tersebut.
"Kami kan tidak bisa menahan terus sementara (hak partisipasi) dua lapangan itu sudah ada yang mau beli. Jadi kami sampaikan ke mereka, bahwa untuk yang ini mungkin kami kesulitan untuk bisa melakukan
closing. Sehingga silahkan saja kalau mereka mau melakukan bisnis dengan perusahaan lain," imbuhnya.
Meski demikian, sampai saat ini Pertamina masih belum tahu incaran lapangan lain di Rusia jika nanti lapangan Chavyo dan Russkoye lepas dari tatapan Pertamina. Namun, ia berharap nanti akusisi hak partisipasi di lapangan lainnya bisa dilakukan secara
business-to-business.
"Nanti kami akan bicara dengan Lukoil, dengan Rosneft, dimana lapangan mana lagi yang bisa kami dapat peluang untuk masuk kedalamnya," imbuh Syamsu.
Sebagai informasi, hak partisipasi lapangan Russkoye dan Chavyo merupakan bagian dari kesepakatan Pertamina dan Rosneft dalam menggarap kilang Tuban.
Sesuai kesepakatan yang ditandatangani tanggal 4 Oktober 2016 silam, Pertamina akan mendapatkan kepemilikan 20 persen di lapangan Chavyo Field dan 37,5 persen di Russkoye Field.
Tawaran Lebih BesarLepas dari Rusia, Pertamina malah berpeluang besar untuk mengelola blok Mansouri dan Ab-Teymour di Iran. Meski demikian, Pertamina mungkin berpeluang menggarap satu dari dua blok tersebut terlebih dulu.
Bahkan, menurut Syamsu, Pertamina sebenarnya juga telah menerima tawaran dari National Iranian Oil Company (NIOC) untuk menggarap satu blok lain di Iran.
Namun, Pertamina masih menunggu syarat-syarat kontrak pengelolaan migas di sana (Iranian Petroleum Contract/IPC), apalagi ketentuan tersebut belum diterbitkan Iran sama sekali.
"Kami tidak bisa memastikan jadinya tahun ini apa tidak, karena tergantung kontrak pengelolaan minyak Iran. Mereka saja belum tahu, belum mengeluarkan secara resmi apakah berbentuk service fee atau kontrak bagi hasil produksi, kami belum tahu," imbuhnya.
Sekadar informasi, Mansouri dan Ab-Teymour merupakan dua blok yang dibidik Pertamina dengan cadangan 3 miliar barel dengan total produksi 120 ribu barel per hari. Adapun, dua blok tersebut terdspat di provinsi Khuzestan.
(gir)