Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pupuk Indonesia (Persero) telah meminta harga gas maksimal di angka US$3,7 per Million Metric British Thermal Unit (MMBTU) untuk menyerap gas dari blok Masela. Adapun, penawaran itu sudah dibahas dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada pekan lalu.
Direktur Investasi Pupuk Indonesia Gusrizal menuturkan, perusahaan bisa menerima harga di angka US$3,7 per MMBTU asal sudah mendapatkan insentif pajak seperti
tax holiday atau
tax allowance. Sehingga, setelah ini, pembicaraan harga gas akan berlanjut ke Kementerian Keuangan.
Tak hanya insentif fiskal, perusahaan mau menerima harga itu jika infrastruktur gasnya pun sudah tersedia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemarin rapat dengan Pak Wakil Menteri ESDM, beliau bilang nanti diomongkan lagi dengan Kemenkeu," ungkapnya akhir pekan lalu.
Ia melanjutkan, jika pemerintah tak memberikan keduanya, maka perusahaan ingin agar harga gas bisa ditekan ke angka US$3 per MMBTU. Menurut Gusrizal, harga gas ini sesuai dengan harga keekonomian produk-produk turunan bahan baku gas saat ini.
Namun, jika harga gas di atas US$4 per MMBTU, maka perusahaan jadi pikir-pikir ulang untuk menyerap gasnya. Meski begitu, Pupuk Indonesia masih belum berencana mundur sebagai calon penyerap gas Masela karena harga ini akan disesuaikan dengan keekonomian masing-masing produk turunan gas nantinya.
"(Masalah harga gas) nanti dilihat juga dari produknya karena masih open. Misalnya, jika nanti kami produksi petrokimia, ya kami akan lari ke sana jika nilai tambahnya menarik. Kalau pupuk lebih menarik ya kami akan ke sana," tambahnya.
Gusrizal melanjutkan, sebetulnya calon penyerap gas Masela menyambut baik harga penawaran pemerintah sebesar US$5,86 per MMBTU. Sebab, harganya terbilang konstan sepanjang tahun (flat) dan tidak mengimplementasikan kenaikan harga gas (eskalasi) layaknya formulasi harga gas di industri lainnya.
Namun, agar industri mau menerima harga itu, pemerintah juga perlu membantu dari sisi infrastruktur. "Karena kami kan membangun industriny di dekat Masela, cukup
remote," paparnya.
Sebelumnya, kepastian penyerapan gas Masela menjadi krusial agar kontraktor blok Masela, Inpex Corporation bisa melakukan kajian awal konfigurasi kilang, atau yang biasa disebut Preliminary Front End Engineering Design (Pre FEED). Jika pembeli gas sudah berkomitmen dan melakukan kontrak, maka kapasitas final kilang LNG bisa ditentukan.
Jika gas pipa bisa diserap sebanyak 474 MMSCFD, maka kilang LNG Masela diharapkan memiliki kapasitas 7,5 million ton per annum (MTPA). Sementara itu, jika penyerapan gas pipa tak mencapai angka yang dimaksud, maka kilang LNG Masela akan dibangun dengan kapasitas 9,5 MTPA dan hanya alirkan gas pipa sebesar 150 MMSCFD.
Pemerintah sendiri berharap komitmen penyerapan gas ini dalam bentuk kontrak dengan syarat dan ketentuan tertentu. Kontrak ini diharapkan bisa ditandatangani dalam jangka waktu tiga bulan sebelum Inpex melakukan Pre-FEED.
Adapun, terdapat tiga perusahaan yang berencana menyerap gas pipa Masela, yakni Pupuk Indonesia, PT Kaltim Methanol Industry, dan PT Elsoro Multi Pratama. Selain itu, PT PLN (Persero) juga berencana masuk ambil gas masela sebesar 60 MMSCFD untuk pembangkit berkapasitas 300 Megawatt (MW).
Untuk itu, pemerintah sebelumnya menawarkan harga gas bagi calon penyerap gas Masela sebesar US$5,86 per MMBTU. Angka ini didapatnya dari hitung-hitungan aspek keekonomian yang sebelumnya disodorkan Inpex.