Jakarta, CNN Indonesia -- Pada 2014, pertemuan para pemimpin 20 negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia (G20) menelurkan sebuah lembaga bernama Global Infrastructure Hub.
Lembaga ini diberi mandat untuk menumbuhkan proyek infrastruktur yang berkualitas dan bisa diakses dengan berbagai pembiayaan di seluruh dunia. Global Infrastructure Hub beroperasi menggunakan dana dari para anggota G20, salah satunya Indonesia.
Tak hanya itu, Global Infrastructure Hub juga menjalin kerja sama dengan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD) dan Bank Dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, bagaimana kiprah lembaga yang notabene masih baru ini? Bagaimana pandangan Global Infrastructure Hub terkait infrastruktur di dunia dan Indonesia?
CNNIndonesia.com berkesempatan untuk mewawancarai CEO Global Infrastructure Hub, Chris Heathcote. Berikut hasil perbincangan kami.
Anda ditunjuk menjadi CEO di Global Infrastructure Hub pada Juni 2015. Perubahan apa saja yang sudah Anda lakukan di lembaga tersebut?
Kami ingin membagikan praktik infrastruktur terbaik dengan seluruh pasar, sehingga dapat meningkatkan investasi dan kualitas proyek infrastruktur.
Kami akan bekerja sama dengan pemerintah dan sektor swasta untuk membawa perubahan yang memungkinkan masyarakat kita lebih sejahtera dan ekonomi kita lebih produktif di masa mendatang.
Global Infrastructure Hub adalah lembaga yang berasal dari inisiatif forum G20. Lembaga ini didanai oleh beberapa negara, antara lain Australia, China, Meksiko, Selandia Baru, Korea, Saudi Arabia, Singapura, Indonesia, dan Inggris. Bagaimana komposisi pendanaan dari tiap negara? Pemerintah Australia merupakan kontributor terbesar GI Hub. Inggris, China, Arab Saudi, Selandia Baru, Korea Selatan, Meksiko, dan Singapura berkomitmen sebagai penyandang dana tetap.
Dari hasil pendanaan tersebut, apa saja fokus Global Infrastructure Hub saat ini? Apakah ada fokus ke pembangunan infrastruktur di negara-negara berkembang? Negara mana saja? GI Hub memfokuskan diri untuk membantu mengatasi kendala pemenuhan persyaratan bank, investasi, dan infrastruktur. Kami memiliki amanat untuk bekerja di negara berkembang dan negara maju. Global Infrastructure Outlook merupakan contoh nyata inisiatif kami untuk membuka kesempatan pembangunan di seluruh dunia.
Inisiatif kami lainnya adalah InfraCompass yang memaparkan kebutuhan pembaruan infrastruktur dan Project Pipeline yang menyediakan wadah bagi investor untuk mengidentifikasikan kesempatan berinvestasi di seluruh dunia. Kami siap bekerja dengan berbagai negara kapan saja.
Bagaimana seharusnya pendanaan infrastruktur untuk negara-negara berkembang? Skema apa saja yang bisa mendukung program pembangunan tanpa memberikan beban besar kepada negara? Sebagai sebuah prinsip umum, angka infrastruktur harus sesuai dengan kebutuhan negara untuk memfasilitasi dan menopang tujuan pertumbuhan jangka panjang. Pemerintah berperan penting dalam hal perencanaan, pengadaan, dan pembiayaan infrastruktur. Perusahaan swasta juga berperan untuk membiayai beberapa kebutuhan.
Survei terbaru yang disponsori oleh GI Hub menunjukkan 186 investor institusi di seluruh dunia mencari proyek yang siap diinvestasikan. Kesempatan untuk menarik investor swasta yang lebih besar bagi pembangunan infrastruktur dan tingkat ketertarikan investor global terdapat di negara berkembang. Kami akan meluncurkan survei ini secara lebih rinci dalam waktu dekat.
Lembaga Anda sebelumnya merilis laporan Global Infrastructure Outlook. Apa yang menjadi alasan Global Infrastructure Hub untuk memberikan proyeksi hingga 2040? Kami melihat penting bagi negara untuk memahami bagaimana keputusan investasi mereka saat ini akan mempengaruhi perkembangan dan daya saing negara di masa depan.
Laporan ini menilai investasi adalah hal yang dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan. Kegagalan dalam mencapai target investasi tersebut berisiko pada kegagalan/penurunan ekonomi.
Menurut Anda, bagaimana perkembangan ekonomi global hingga 2040? Apakah bakal ada perubahan signifikan dalam susunan G20? Negara mana saja yang bisa meningkat signifikan posisi ekonominya?Kami memperkirakan bahwa ekonomi dunia akan secara riil tumbuh sebesar 2,6 persen per tahun hingga 2040, dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi di Asia dan Afrika, dengan masing-masing tumbuh sebesar 3,7 persen dan 4,2 persen per tahun.
Ada beberapa negara yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan pesat, misalnya Senegal 7,7 persen per tahun, Kamboja 7,0 persen per tahun, Tanzania 6,0 persen per tahun, dan Myanmar 5,9 persen per tahun. Indonesia sendiri diperkirakan tumbuh 4 persen per tahun.
Pada 2040, seperti yang diharapkan, China akan memiliki ekonomi terbesar di dunia. India akan tumbuh lebih besar dari negara-negara maju lainnya dan berada di posisi ke-3, setelah Amerika Serikat. Indonesia akan meningkatkan ekonominya lebih dari tiga kali, dari negara dengan ekonomi terbesar ke-16 di dunia menjadi ke-9.
Laporan Global Infrastructure Outlook menyatakan Indonesia membutuhkan belanja infrastruktur secara kumulatif sebesar US$1,7 triliun 2040. Jumlah ini hampir 1,9 kali lebih besar dari PDB Indonesia saat ini. Bagaimana Anda melihat PDB per kapita Indonesia saat ini?Angka US$1,7 triliun merupakan kebutuhan kumulatif selama lebih dari 25 tahun, sehingga kebutuhan investasi tahunan jauh lebih kecil dari itu.
Sebagai proporsi PDB, kami memperkirakan Indonesia perlu menginvestasikan 4 persen dari PDB per tahun untuk memenuhi kebutuhan investasi infrastrukturnya.
Tingkat investasi pemerintah Indonesia belakangan ini sangat baik, jika melihat belanja infrastruktur yang dikeluarkan selama 10 tahun terakhir.
Namun, Indonesia masih perlu mempertahankan profil pengeluaran yang kuat selama 25 tahun ke depan untuk membangun infrastruktur yang terencana dengan baik, hal ini bukanlah tugas yang mudah bagi Indonesia.
Mengapa laporan Global Infrastructure Outlook menilai kebutuhan infrastruktur air yang paling mendesak bagi Indonesia? Mengapa bukan transportasi atau energi?Menurut laporan Global Infrastructure Hub, kebutuhan terbesar sebetulnya berada di sektor jalan dan listrik. Masing-masing diperkirakan membutuhkan US$752 miliar dan US$607 miliar pada tahun 2040.
Sementara kesenjangan investasi infrastruktur terbesar Indonesia memang ada di sektor air. Hingga 2040, Indonesia diperkirakan mengeluarkan US$144 miliar untuk pembangunan infrastruktur di sektor air, di mana kebutuhan investasi sebenarnya mencapai US$209 miliar.
Bagaimana seharusnya Pemerintah Indonesia mendanani belanja infrastrukturnya? Skema apa saja yang cocok bagi ekonomi Indonesia?Meskipun Indonesia memiliki investasi infrastruktur yang cukup kuat di masa lalu, kebutuhan yang signifikan untuk mempertahankan pertumbuhan infrastruktur yang kuat masih dibutuhkan. Kebutuhan paling menonjol ada di infrastruktur jalan dan listrik.
Kami juga menyarankan agar Pemerintah Indonesia menyusun proyek berdasarkan
user pays basis (pengguna membayar berdasarkan yang ia pakai), hal ini untuk memastikan Infrastruktur efektif digunakan, serta meningkatkan potensi keterlibatan sektor swasta di masa depan.
Bagaimana Anda melihat kondisi ekonomi Indonesia? Apakah mampu terus tumbuh meski hanya mengandalkan perdagangan komoditas dan konsumsi publik?Agar Indonesia dapat mewujudkan potensi pertumbuhannya, Indonesia harus terus membuat perubahan. Rencana pembangunan 20 tahun Indonesia saat ini telah menetapkan target ke depan, yang fokus pada pembangunan infrastruktur dan program sosial dalam kaitannya dengan pendidikan dan layanan kesehatan.
Indonesia dapat terus memperbaiki infrastrukturnya di seluruh wilayah, sambil menerapkan reformasi kebijakan.
(gir)