Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak menguat pada perdagangan Selasa (23/8) waktu Amerika Serikat (AS) seiring meningkatnya ekspektasi bahwa persediaan minyak AS akan berkurang.
Dikutip dari
Reuters, persediaan minyak AS diramalkan turun 3,5 juta barel pada pekan lalu, di mana penurunan ini terjadi dalam delapan pekan berturut-turut.
Tak hanya itu, analis juga memperkirakan bahwa persediaan bensin juga akan turun 600 ribu barel pada periode yang sama. Adapun, laporan resmi mengenai persediaan minyak akan terbit pada hari Rabu waktu setempat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, penguatan harga minyak tertahan oleh pengoperasian kembali lapangan minyak Sharara, yang merupakan lapangan minyak terbesar di Libya. Lapangan Sharara sebelumnya ditutup karena adanya pemblokiran jalur pipa minyak.
Produksi lapangan Sharara yang mencapai 280 ribu barel per hari ini terpengaruh oleh penghentian operasi yang berulang-ulang karena adanya protes dari kelompok bersenjata dan pekerja.
Meski begitu, harga minyak Brent tetap ditutup menguat US$0,21 ke angka US$51,87 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah AS ditutup menguat US$0,27 ke angka US$47,64 per barel.
Namun, harga minyak mentah kemudian melemah pasca penutupan setelah data American Petroleum Institute (API) menunjukkan penurunan persediaan minyak namun terdapat peningkatan persediaan bensin.
Saat ini, produksi minyak AS telah mencapai 9,5 juta barel per hari, di mana posisi ini merupakan yang tertinggi sejak Juli 2015. Angka ini diprediksi melemah seiring beberapa perusahaan minyak akan memangkas aktivitas pengeborannya.
Padahal, saat ini organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan non-OPEC berupaya memangkas produksi sebesar 1,8 juta barel per hari sejak Januari tahun ini hingga kuartal I tahun depan.