Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah meningkat pada perdagangan Rabu (23/8) waktu Amerika Serikat setelah persediaan minyak turun dalam delapan pekan berturut-turut. Selain itu, badai yang mendekati Teluk Meksiko juga berpotensi mengganggu produksi minyak dan produk-produk kilang.
Dikutip dari
Reuters, persediaan minyak AS turun 3,3 juta barel pada pekan lalu atau lebih sedikit dibanding ekspektasi analis 3,5 juta barel. Selain itu, Energy Information Administration (EIA) mencatat, persediaan minyak berjangka di Cushing, negara bagian Oklahoma, turun 503 ribu barel.
Tak hanya itu, sentimen harga minyak juga dipengaruhi oleh badai Harvey yang diperkirakan berubah dari badai tropis menjadi badai yang makin menguat pada hari Jumat mendatang sesuai ramalan National Hurricane Center.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasilnya, harga minyak Brent berjangka ditutup menguat US$0,7 ke angka US$52,57 per barel, sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) meningkat US$0,58 ke angka US$48,41 per barel.
Meski persediaan tengah turun, pelaku pasar memperhatikan kenaikan produksi dari lapangan Sharara, yang merupakan produsen minyak terbesar di Libya. Sebab, lapangan tersebut sudah beroperasi pada hari Selala lalu setelah sebelumnya pipa minyaknya diblokir oleh kelompok bersenjata dan pekerjanya.
Namun, lapangan Sharara tidak beroperasi lagi pada hari Rabu kemarin setelah beroperasi sekali di hari Selasa. Saat ini, Sharara memiliki produksi 280 ribu barel per hari dan menjadi kunci bagi produksi minyak Libya yang diperkirakan bisa naik hingga ke atas 1 juta barel per hari.