Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak meningkat lebih dari 2 persen pada perdagangan Senin (28/11) setelah sempat anjlok, seiring optimisme pelaku pasar bahwa organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) akan sepakat memangkas produksinya pada Rabu pekan ini.
Dikutip dari
Reuters, harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) menguat US$1,02 ke angka US$47,08 per barel. Sementara harga minyak Brent meningkat US$1 ke angka US$48,24 per barel.
Beberapa hari belakangan, harga minyak memang tengah fluktuatif akibat menanti keputusan OPEC. Sebelumnya pada Jumat pekan lalu, harga minyak sempat anjlok 3 persen karena pelaku pasar ragu jika OPEC benar-benar akan memangkas produksinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara pada hari Minggu, Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih mengatakan pasar minyak akan mengalami keseimbangan dengan sendirinya pada tahun depan, tanpa ada intervensi dari negara-negara produsen minyak. Sehingga, tak ada salahnya jika produksi minyak tetap dipatok seperti angka saat ini.
Sayangnya, pernyataan ini memicu ketidaksepahaman antara OPEC dan negara non-OPEC, Rusia, ihwal siapa yang seharusnya memangkas produksi paling banyak.
Pada hari Senin, OPEC berjuang untuk menyelamatkan kesepakatan pada September lalu setelah Irak menyatakan bakal bekerja sama dengan kartel minyak itu demi mencapai kesepakatan yang bisa diterima semua pihak.
Analis memperkirakan harga minyak akan tetap naik-turun hingga hari Rabu mendatang, di mana pertemuan antar anggota OPEC akan dihelat di Wina, Austria. Jika pemangkasan produksi disepakati, analis memprediksi harga minyak bisa langsung melonjak menjadi US$52 per barel begitu persetujuan itu diumumkan.
Meski pemangkasan disetujui, kelebihan persediaan minyak tidak akan berhenti dengan cepat. Pasalnya, pengeboran minyak AS bertambah 158 aktivitas sejak Mei tahun ini.
(gir)