Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak ditutup menguat tipis pada penutupan Rabu waktu Amerika Serikat setelah sempat amblas 4 persen, usai kemenangan Donald Trump di pemilihan Presiden AS yang mengejutkan.
Penguatan itu disebabkan oleh indeks saham yang kembali rebound dan menguatnya kembali mata uang Dolar AS setelah pengumuman pemenang Pilpres AS. Sebelumnya, investor sempat khawatir dengan kebijakan Trump, dan memindahkan aset-aset berisiko keluar dari AS dalam waktu semalam.
Dilansir dari
Reuters, harga minyak Brent berjangka meningkat 0,7 persen ke angka US$46,36 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediaries (WTI) meningkat 0,6 persen ke angka US$45,27 per barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika anda membandingkan penutupan hari ini dengan kemarin, sebenarnya tidak banyak yang berubah. Namun, terjadi pergolakan harga minyak sebesar US$2 per barel di tengah-tengah sesi perdagangan," ujar James Williams, Presiden WTRG Economics.
Beberapa analis mengatakan ada faktor pendukung kenaikan harga minyak di masa depan akibat kemenangan Trump, seperti kebijakan luar negeri terhadap Iran.
Trump mengkritisi kesepakatan nuklir dengan Iran, yang membuat ekspor minyak Iran meningkat pada tahun ini. Iran berharap Trump tetap berkomitmen dengan kesepakatan sebelumnya.
"Jika Trump membatalkan perjanjian nuklir, harga minyak bisa meningkat," ujar Commerzbank.
Di sisi lain, analis melihat bahwa upaya Organisasi Negara-Negara Eksportir Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dalam meningkatkan harga bisa terhambat dengan kemenangan Trump.
Pasalnya, permintaan minyak dari negara-negara OPEC bisa lebih kecil jika pertumbuhan ekonomi global menurun gara-gara kebijakan Trump nantinya. Apalagi, Trump berjanji untuk membuka tanah-tanah negara untuk eksplorasi minyak konvensional.
(gir/gen)