Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mengaku akan menggenjot pertumbuhan kreditnya pada tahun ini di kisaran 21 persen hingga 23 persen. Untuk itu, perusahaan akan mendorong penyaluran kredit di daerah, salah satunya dengan membidik wilayah Jawa Timur (Jatim).
“Tahun ini kami optimistis kredit akan tumbuh sekitar 21 persen hingga 23 persen. Untuk mencapai target tersebut, kami akan memaksimalkan penyaluran kredit di daerah. Salah satu daerah yang potensial yakni Jawa Timur,” jelas Managing Director Strategy, Compliance, & Risk Bank BTN R. Mahelan Prabantarikso, dikutip dari keterangan resmi, Kamis (31/8).
Mahelan mengungkapkan, per akhir tahun lalu, perseroan telah mencatatkan diri sebagai pemimpin pasar Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Jatim dengan pangsa sebesar 54 persen. Kendati demikian, menurut dia, perseroan akan tetap gencar menyalurkan KPR di Jatim, mengingat permintaan hunian di provinsi tersebut masih tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan hasil riset Bank BTN, permintaan akan hunian di Jatim mencapai sekitar lebih dari 230 ribu unit pada 2017. Namun, pasokan rumah di wilayah ini baru mencapai sekitar 7 persen dari permintaan atau setara lebih dari 15 ribu unit rumah.
Di Surabaya, tingginya permintaan hunian mengerek naik harga rumah di wilayah tersebut. Data bank sentral merekam per Juni 2017, Surabaya mencatatkan kenaikan harga rumah tertinggi di Indonesia atau sebesar 7,75 persen secara tahunan
(year-on-year/yoy). Peningkatan tersebut sejalan dengan tingginya permintaan terhadap rumah hunian di wilayah tersebut.
Sementara itu, pada tahun ini, emiten bersandi saham BBTN tersebut membidik dapat menyalurkan KPR di Jatim untuk lebih dari 18 ribu unit rumah atau melebihi pasokan unit rumah yang ada.
Guna mencapai target tersebut, perseroan akan mengoptimalkan kerja sama dengan para pengembang untuk membangun rumah rakyat. Kerja sama, antara lain dilakukan dengan Real Estate Indonesia (REI) maupun Asosiasi Pengembangan Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (APERSI).
“Kami tetap optimistis mencapai target, kendati posisi target berada di atas pasokan hunian yang ada,” ujarnya.
Sejak 2015, tambah Mahelan, pertumbuhan realisasi KPR perseroan di Jatim memang terus menunjukkan pertumbuhan positif. Di segmen KPR Non-Subsidi, realisasinya naik di level 18,38 persen (yoy) per akhir tahun lalu. Kemudian, realisasi di segmen KPR Subsidi pun melaju lebih tinggi sebesar 69,22 persen yoy per akhir tahun lalu.
Hingga Juni 2017, perseroan pun telah menyalurkan KPR untuk sekitar 7.500 unit rumah di Jatim. Untuk KPR Non-Subsidi, perseroan telah menyalurkan kredit untuk sekitar 3.550 unit rumah atau setara Rp1,07 triliun. Pada segmen ini, kota-kota besar seperti Surabaya, Sidoarjo, dan Malang masih mendominasi penyaluran KPR Non-Subsidi terbanyak.
Kemudian, pada segmen KPR Subsidi, perseroan telah menyalurkan pinjaman untuk pemilikan hampir 3.950 unit rumah atau senilai Rp414 miliar. Untuk jenis KPR ini, kota-kota berkembang seperti Jember, Malang, dan Gresik tercatat sebagai wilayah dengan penyaluran kredit terbanyak.
Secara keseluruhan, perseroan mencatatkan kinerja positif sepanjang semester pertama tahun ini.
Per semester I/2017, perseroan telah menyalurkan kredit dan pembiayaan senilai Rp177,4 triliun atau naik 18,81 persen dari Rp149,31 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Adapun pada periode yang sama, Dana Pihak Ketiga (DPK) perseroan tercatat Rp159,12 triliun atau naik 18,26 persen (yoy).
Kinerja penyaluran kredit dan penghimpunan simpanan tersebut pun turut menyumbang peningkatan laba bersih BBTN. Per Juni 2017, laba bersih bank yang berfokus di sektor perumahan ini melaju sesuai target di level 21,95 persen yoy menjadi Rp1,27 triliun.
Catatan pertumbuhan kredit juga mengerek naik posisi aset Bank BTN menjadi senilai Rp224,06 triliun pada Juni 2017 atau tumbuh 18,23 persen yoy dari Rp189,51 triliun.