Jakarta, CNN Indonesia -- PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menandatangani kontrak jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) dengan 11 pengembang listrik berbasis Energi Baru Terbarukan berkapasitas 291,4 Megawatt (MW).
Dari total kapasitas, sebanyak 52,4 MW berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) dan 239 MW sisanya berupa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyebutkan, seluruh pembangkit itu berlokasi di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Jawa Tengah, Bengkulu, dan Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jonan mengaku senang dengan adanya kerja sama tersebut, karena realisasi PPA pembangkit semakin banyak dan tarif pembangkit EBT dianggap makin kompetitif.
Menurut Jonan, tarif listrik EBT harus efisien karena perkembangan energi saat ini mengarah ke energi hijau.
“Di dalam Rencana Umum Energi Nasional sudah ditetapkan bahwa porsi EBT di bauran energi tahun 2025 harus sudah mencapai 22 persen dari saat ini 11 hingga 12 persen. Tentu saja itu harus diiringi dengan tarif yang semakin kompetitif,” ujar Jonan di Jakarta, Jumat (8/9).
Sekadar informasi, aturan tarif beli listrik dari PLN termuat di dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 Tahun 2017. Beleid ini menyebut, tarif listrik bisa dinegosiasikan jika Biaya Pokok Penyediaan (BPP) pembangkitan di Sumatera, Jawa, Bali lebih kecil dari BPP nasional.
Di dalam PPA ini, rata-rata tarif jual PLTM di Sumatera Utara tercatat US$0,078 per Kilowatt-Hour (KWh) dan tarif PLTA terdapat di angka US$0,086 per KWh. Kedua tarif ini berada di bawah BPP Sumatera Utara sebesar US$0,092 per KWh.
Tak hanya itu, tarif listrik EBT bagi rencana pembangkit di Lampung, Jawa Tengah, Bengkulu, dan Sulawesi Selatan juga tercatat di bawah BPP regionalnya masing-masing.
Penandatanganan kerja sama ini berdekatan dengan PPA pembangkit EBT berkapasitas 257,17 MW yang sebelumnya diteken pada 2 Agustus 2017.
“Total penandatangan jual beli listrik di EBT telah lebih dari 700 MW sepanjang tahun ini di luar geotermal. Kami harap bisa terus menerapkan tarif yang lebih baik,” paparnya.
Sementara itu, Direktur Utama PLN Sofyan Basyir berharap perusahaan bisa mencapai target pelaksanaan PPA sebanyak 1.300 MW pembangkit EBT hingga akhir tahun. Artinya, masih ada sisa 400 MW lagi untuk mencapai target akhir tahun. Saat ini, sudah ada beberapa pembangkit yang siap dilakukan penandatanganan PPA-nya.
“Kami harap bagi tenaga air nanti masih akan ada penandatanganan PPA lagi sebesar 200 MW hingga 300 MW. Dalam dua bulan ini saja sudah lumayan banyak yang melakukan PPA,” ungkapnya.
Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2017 hingga 2026, pemerintah berharap bisa meningkatkan bauran energi dari posisi akhir 2016 sebesar 11,9 persen menjadi 22,4 persen di tahun 2026. Untuk itu, akan ada tambahan pembangkit berbasis EBT sebesar 21,6 Gigawatt (GW) dalam jangka waktu 10 tahun ke depan.
Catatan redaksi: Paragraf ke-8 telah mengalami pengubahan angka dari sebelumnya "Rata-rata tarif jual PLTM di Sumatera Utara tercatat US$0,78 per Kilowatt-Hour (KWh) dan tarif PLTA terdapat di angka US$0,86 per KWh. Kedua tarif ini berada di bawah BPP Sumatera Utara sebesar US$0,92 per KWh' karena kesalahan redaksi. Dengan demikian, pengubahan telah dilakukan. Kami mohon maaf atas kekeliruan tersebut.