Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa perlambatan pertumbuhan kredit perbankan berpotensi menjadi penghalang pertumbuhan ekonomi di tahun depan. Seperti diketahui, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018.
Namun, jika pertumbuhan Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi masih sama seperti tahun ini, Sri Mulyani pesimistis, target tersebut bakal tercapai.
Sekadar merujuk perkiraan pertumbuhan kredit KMK dan KI yang mencapai 11 hingga 13 persen hingga akhir tahun ini, namun untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,4 persen, dibutuhkan tambahan kredit paling sedikit 13 persen hingga 15 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tantangan besar bagi pertumbuhan ekonomi adalah kredit
growth (pertumbuhan) perbankan yang cukup besar. Di 2018, kredit perbankan perlu tumbuh sampai Rp483 triliun agar (pertumbuhan ekonomi) bisa 5,4 persen," ujarnya di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DRP), Senin (11/9).
Menurut dia, penyaluran kredit perbankan bisa menjadi stimulus utama bagi rencana investasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan sektor swasta yang diramal ekspansif tahun depan.
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini juga meramal, investasi di pasar modal mencapai
Rp885 triliun dan investasi langsung berupa Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang dapat menopang belanja modal perekonomian sebanyak Rp799 triliun di tahun depan.
“Padahal, pasar modal kalau dilihat dari prospek ekonomi akan tetap baik, karena
capital market akan
contribute (berkontribusi) dengan baik dengan meningkatnya listing dan rights issue. Begitu pula, dengan PMA dan PMDN yang akan berkontribusi langsung ke capital spending,” paparnya.
Ia melanjutkan, pertumbuhan investasi dirasa penting karena semua negara memiliki pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen didorong oleh investasi. Makanya, ia berharap, perbankan juga memiliki strategi dalam meningkatkan penyaluran kredit. Apalagi, pemerintah telah berupaya memperbaiki iklim investasi seperti deregulasi kebijakan pemerintah.
"Semua negara yang perekonomiannya bisa tumbuh di atas 5 persen adalah investasi. Kalau dilihat China dan India yang tumbuh di atas 6 hingga 7 persen
growth-nya, investasinya di atas
double digit. Memang, pertumbuhan ekonomi tahun depan 5,4 persen, tapi untuk menuju ke sana diperlukan upaya ekstra keras," ungkapnya.
Menurut Statistik Perbankan Indonesia per Juni 2016 yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perbankan telah menyalurkan kredit investasi dan modal kerja (year to date) sebanyak Rp3.529 triliun. Angka ini mengambil porsi 78,57 persen dari total penyaluran kredit perbankan sebesar Rp4.491 triliun di periode yang sama.
Sementara itu, komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto di dalam pertumbuhan ekonomi semester I tercatat tumbuh 5,07 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk tahun depan, pemerintah berupaya mencapai target pertumbuhan investasi 6,3 persen.