Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) mencatat, kewajiban bersih investasi Indonesia mencapai US$350,2 miliar pada kuartal II 2017, meningkat US$15 miliar atau 4,47 persen dari US$335,2 miliar di kuartal I tahun ini lantaran banjir investasi.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman mencatat, Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) meningkat 3,7 persen atau sebesar US$24,1 miliar menjadi US$67,6 miliar pada kuartal lalu.
"Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh besarnya aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi langsung maupun investasi portofolio," ujar Agusman seperti dikutip dalam laporan BI, Jumat (29/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut BI, peningkatan investasi tersebut didukung oleh terjaganya perekonomian Tanah Air dan positifinya keyakinan investor asing terhadap prospek ekonomi Indonesia.
Pasalnya, pada saat yang bersamaan, ada peningkatan peringkat kelayakan investasi bagi Indonesia dari lembaga pemeringkat, Standar & Poor's (S&P).
Selain itu, menurut BI, peningkatan KFLN juga dipengaruhi oleh kenaikan nilai instrumen investasi berdenominasi rupiah yang sejalan dengan penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam beberapa bulan terakhir.
Sementara, dari sisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN) turut meningkat, namun lebih rendah dibandingkan KFLN, yaitu sekitar 2,7 persen. AFLN tercatat bertambah US$8,4 miliar menjadi US$317,4 miliar pada kuartal II 2017.
BI menilai, kenaikan tersebut didorong oleh meningkatnya posisi aset investasi lainnya, yaitu sebagian besar berupa penempatan simpanan di luar negeri.
Hal itu terutama sebagai antisipasi perbankan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas valas yang bersifat temporer dalam menghadapi libur panjang Lebaran di penghujung Juni lalu.
"Selain itu, kenaikan posisi AFLN juga didukung oleh peningkatan posisi dengan cadangan devisa serta aset investasi langsung dan investasi portofolio," kata Agusman.
Bank sentral melihat, perkembangan Posisi Investasi Internasional (PII) tersebut cukup sehat. Namun, BI terus mewaspadai risiko kewajiban bersih investasi terhadap perekonomian.
"Ke depan, BI berkeyakinan kinerja PII Indonesia dapat semakin baik, didukung oleh bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang ditempuh BI," pungkasnya.