Sri Mulyani 'Deg-degan' Ketegangan Korut-AS Pengaruhi Ekonomi

CNN Indonesia
Selasa, 03 Okt 2017 19:12 WIB
Pasalnya, Sri Mulyani menuturkan, sebelum ketegangan Korut-AS terjadi, daya beli masyarakat Asia Tenggara cukup baik.
Pasalnya, Sri Mulyani menuturkan, sebelum ketegangan Korut-AS terjadi, daya beli masyarakat Asia Tenggara cukup baik. (CNN Indonesia/Dinda Audriene Muthmainah).
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengaku, khawatir dengan pertumbuhan ekonomi dalam negeri melihat kondisi geopolitik yang terjadi antara Korea Utara dan Amerika Serikat (AS).

"Kondisi geopolitik ini membuat saya semakin khawatir. Ini menjadi faktor dominan," ujarnya, Selasa (3/10).

Bahkan, Sri Mulyani tak menampik jika kondisi geopolitik akan mengubah kondisi ekonomi di Asia Tenggara. Menurut dia, sebelum ketegangan terjadi, daya beli masyarakat Asia Tenggara cukup tinggi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Asia merupakan wilayah yang menikmati pertumbuhan tinggi, daya beli semarak. Tapi, karena geopolitik bisa berubah total," terang Sri Mulyani.

Untuk meminimalisir penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam negeri, lanjut mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu, pemerintah bakal melakukan pengecekan dari berbagai sisi.

"Untuk bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi kami harus tetap pastikan, kalau geopolitik menjadi sumber ketidakpastian," katanya.

Adapun, terkait isu penurunan daya beli masyarakat, ia menyebutkan, pemerintah belum tahu pasti alasan dibalik fenomena tersebut.

"Jadi, itu kan bergantung analisis data, masih membutuhkan analisis,” imbuh dia.

Sementara itu, Bank Dunia mencatat tingkat konsumsi swasta stagnan pada kuartal II. Hal ini jelas berlawanan dengan berbagai faktor pendorong yang tersaji selama pertengahan tahun lalu.

Beberapa faktor tersebut, antara lain pertumbuhan lapangan kerja yang tinggi, kenaikan gaji sebanyak dua digit, kepercayaan konsumen yang tinggi, menurunnya inflasi pangan, rupiah yang stabil, dan peralihan momen Idul Fitri ke kuartal II yang seharusnya menaikkan konsumsi.

Pun demikian, Bank Dunia optimis konsumsi swasta akan meningkat seiring dengan bertambahnya lapangan kerja dan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebanyak dua kali menjadi 4,25 persen.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER