Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution optimistis, pertumbuhan ekonomi nasional mampu melampaui koreksi proyeksi Bank Dunia. Sebagai informasi, Bank Dunia baru saja menurunkan proyeksinya terhadap pertumbuhan ekonomi RI dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen.
Ia mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi nasional masih bisa mencapai target pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017 sebesar 5,2 persen. “Saya masih optimis,” ujarnya, Selasa (3/10).
Optimisme ini bukan isapan jempol, mengingat seluruh indikator pertumbuhan ekonomi diklaim membaik dibandingkan kuartal II lalu. Misalnya, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih tumbuh sekitar 5 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, dari sisi investasi dan ekspor juga diproyeksikan membaik, terutama setelah dorongan yang diberikan pemerintah.
"Konsumsi itu paling karena switching (pengalihan) pola konsumsi ke online saja. Tapi, gabungan totalnya, tidak banyak berubah, tidak ada penurunan. Apalagi, investasi dan eskpor membaik," katanya.
Darmin mengaku, tak khawatir dengan koreksi pertumbuhan ekonomi itu. Sebab, menurut dia, pandangan Bank Dunia belum tentu mencerminkan ekonomi Indonesia yang sesungguhnya.
Dari sisi kebijakan subsidi, misalnya, disebut mengurangi potensi peningkatan daya beli masyarakat. Meskipun kebijakan tingkat harga yang diatur pemerintah (administered price) sempat membuat inflasi melonjak. Namun, pemerintah bisa kembali meredamnya.
"Itu cara pandang saja. Kan subsidi bukan jadi satu-satunya penentu. Masih ada urusan investasi, ekspor. Jadi, saya tidak buru-buru sepakat sama Bank Dunia," imbuh dia.
Kendati begitu, dalam proyeksinya, Bank Dunia masih melihat ekonomi Indonesia mampu tumbuh hingga 5,3 persen pada tahun depan. Sebab, ada topangan dari perbaikan ekonomi global dan domestik pada 2018.
"Kuatnya perekonomian domestik ini juga disebabkan oleh reformasi perekonomian yang terus berlanjut dan secara bertahap mulai memberikan dampak," tutur Perwakilan Bank Dunia di Indonesia Rodrigo Chavez.
Konsumsi swasta diprediksi meningkat didorong oleh kenaikan upah riil dan kenaikan lapangan kerja. Ia menilai, konsumsi yang dilakukan pihak swasta tidak akan berdampak negatif, sejalan dengan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebanyak dua kali berturut-turut.
"Penurunan suku bunga berdampak pada penurunan biaya pinjaman, perbaikan lingkungan bisnis, dan peningkatan investasi publik di bidang infrastruktur," terang Rodrigo.
Namun, ia mengingatkan, pertumbuhan PDB Indonesia tahun depan bisa terhambat oleh nilai tukar perdagangan (terms of trade) yang diramalkan merosot akibat koreksi pada harga komoditas batu bara.
"Defisit neraca berjalan diperkirakan melebar dari 1,7 persen pada tahun 2017 menjadi 1,8 persen pada tahun 2018," pungkasnya.