BI Klaim Indonesia Masih Menarik Meski Suku Bunga AS Turun

CNN Indonesia
Kamis, 05 Okt 2017 11:26 WIB
Bank Indonesia (BI) menyatakan kondisi makro ekonomi Indonesia dalam tren perbaikan, sehingga masih menarik bagi investor global.
Bank Indonesia (BI) menyatakan kondisi makro ekonomi Indonesia dalam tren perbaikan, sehingga masih menarik bagi investor global. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menilai negara-negara berkembang masih menarik bagi investor untuk menempatkan modalnya, kendati pada Desember 2017 Bank Sentral AS The Fed kemungkinan mengerek suku bunga.

"Bagaimanapun juga interest diferrensial antara negara maju dan berkembang seperti Indonesia masih besar, artinya menempatkan modal di negara berkembang itu masih atraktif," ujar Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo seperti dikutip dari Antara, Kamis (5/10).

Dengan kondisi tersebut, lanjut Dody, bank sentral meyakini aliran modal asing masih akan masuk ke Indonesia dan berdampak positif bagi perekonomian domestik. Apalagi, kondisi makro ekonomi Indonesia dalam tren perbaikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Itu yang harusnya menjadikan kita cukup optimistis, artinya secara fundamental tidak ada isu atau pelemahan," kata Dody.

Terkait nilai tukar rupiah yang sempat melemah terhadap dolar AS pada beberapa hari terakhir, Dody melihat tersebut sifatnya sementara. Ia menilai hal itu merupakan pengaruh dari kondisi eksternal, terutama kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang sudah diantisipasi oleh pasar.

"Kita tentunya masih berharap pengaruhnya cuma sementara karena dari sisi kejelasan dari Amerika sendiri sudah hampir mendekati pasti. Artinya kalau kita mengacu ke Fed Fund Rate, maka menuju pada kenaikan satu kali lagi di Desember, kemudian penurunan daripada 'balance sheet' Fed akan terjadi di Oktober. Artinya kalkulasi itu sudah dipastikan oleh pasar," kata Dody.


Berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar rupiah pada Selasa (3/10) lalu sempat melemah ke Rp13.582 per dolar AS. Namun, pada Rabu (4/10) menguat menjadi Rp13.489 per dolar AS.

Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018, asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp13.400 per dolar AS. Dody menuturkan, asumsi tersebut masih sejalan dengan kisaran nilai tukar rupiah yang disampaikan BI yaitu Rp13.400-Rp13.700 per dolar AS.

"Asumsi tersebut bisa dicapai atau tidak itu tergantung bagaimana kemampuan kita mengelola eksternal kita, selama kita positif dan bisa ekspor di tahun depan juga positif. Kemudian sepanjang masih melihat angka FDI [Foreign Direct Investment] kita besar, seharusnya tidak akan ada isu untuk ekonomi atau rupiah kita melemah," ujar Dody.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER