Pembatasan Produksi Diperpanjang, Harga Minyak Melonjak

CNN Indonesia
Jumat, 06 Okt 2017 07:14 WIB
Pembatasan produksi minyak mentah dari yang semula diasumsikan sampai Maret 2018, bakal diperpanjang menjadi hingga akhir tahun 2018.
Pembatasan produksi minyak mentah dari yang semula diasumsikan sampai Maret 2018, bakal diperpanjang menjadi hingga akhir tahun 2018. (REUTERS/Sergei Karpukhin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah berhasil menguat rata-rata sebesar 2 persen pada penutupan perdagangan Kamis (5/10), setalah Rusia memberi sinyal perpanjangan kebijakan pembatasan produksi oleh Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan Non OPEC.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, komitmen OPEC dan Non OPEC, termasuk negaranya untuk membatasi produksi minyak demi mengerek harga di pasar dunia bisa diperpanjang.

Pembatasan produksi dari yang semula diasumsikan sampai Maret 2018 bakal diperpanjang menjadi hingga akhir tahun 2018. Sejak 1 Januari 2017, OPEC dan Non OPEC sepakat membatasi produksi dengan memangkas kapasitas sekitar 1,8 juta barel per hari (bph).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Menteri Energi Rusia Alexander Novak menambahkan, pemerintahnya terus mendukung kebijakan pembatasan tersebut, termasuk yang dilakukan negara-negara yang baru bergabung dengan kesepakatan ini. Hal ini disampaikan saat Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud mengunjungi Moskow.

"Putin dan Salman kemungkinan besar akan melakukan (komitmen itu), namun belum resmi mengumumkannya, yaitu kesepakatan untuk memperpanjang pembatasan produksi OPEC dan Non OPEC, meski mengurangi produksi," kata Eurasia Group, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (6/10).

Alhasil, harga minyak mentah Brent menguat 2,13 persen atau sebesar US$1,19 menjadi US$56,99 per barel. Sedangkan harga minyak mentah Amerika Serikat (AS), West Texas Intermediate (WTI) naik sekitar 1,72 persen atau US$0,86 menjadi US$50,84 per barel.

"Komentar optimistis dari Menteri Energi Rusia dan Saudi Arabia membantu menahan penurunan harga minyak baru-baru ini," ujar Stephen Brennock, analis pialang dari London PVM Oil Associates,

Dalam sepekan ini, harga minyak mentah telah jatuh sekitar 5 persen dari penutupan di pekan lalu lantaran aksi ambil untung dari para spekulan yang dipicu kenaikan tinggi harga minyak dalam tiga bulan terakhir.

"Saya pikir, pasar mencoba untuk menstabilkannya," tutur Gene McGillian, Direktur Riset Pasar di Tradition Energy.


Kendati begitu, masih ada beberapa sentimen yang mampu menurunkan harga minyak mentah dunia, yaitu peningkatan produksi dari ladang minyak AS di Libya dan Nigeria.

Selain itu, ada pula sentimen dari peningkatan ekspor minyak AS. Badan Administrasi Informasi Energi (Energy Information Administration/EIA) mencatat, ekspor minyak AS melonjak sekitar 1,98 juta bph pada pekan lalu. Angka ini telah melampaui rekor sebelumnya sebesar 1,5 juta bph.

Peningkatan ekspor minyak AS itu terbukti ampuh dan membuat harganya lebih kuat dibandingkan minyak mentah Brent.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER