Tak Ada Subsidi, Lonjakan Harga Minyak Dinilai 'Aman'

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Kamis, 01 Des 2016 12:28 WIB
Bank Indonesia mengaku tidak khawatir terhadap lonjakan harga minyak dunia yang terjadi saat ini, pasca keputusan OPEC menahan produksi.
Bank Indonesia mengaku tidak khawatir terhadap lonjakan harga minyak dunia yang terjadi saat ini, pasca keputusan OPEC menahan produksi. (REUTERS/Sergei Karpukhin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) mengaku tidak khawatir terhadap lonjakan harga minyak dunia yang terjadi saat ini, akan berpengaruh signifikan terhadap kenaikan inflasi dalam beberapa waktu tahun ke depan.

Seperti diketahui, harga minyak dunia melambung signifikan sejak organisasi negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) sepakat untuk memangkas produksinya pertama kali sejak tahun 2008.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Aditya mengatakan dampak harga minyak dunia terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) saat ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan tahun 2014 ke belakang. Beban harga minyak dunia terhadap APBN secara langsung dinilai semakin kecil sejak pemerintah memutuskan untuk mencabut subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada tahun 2008 lalu, pemerintah pernah menyediakan dana khusus alokasi subsidi BBM mencapai Rp139 triliun. Sementara anggaran subsidi BBM di tahun 2012 dan 2013 ini masing-masing perncah mencapai Rp211,9 triliun dan Rp199,9 triliun.

Dengan angka subsidi yang besar tersebut, maka setiap terjadi kenaikkan harga minyak dinilai mampu memberikan tekanan, Tekanan tersebut muncul, karena negara harus memberikan subsidi kepada PT Pertamina Persero sebagai penyalur BBM agar BBM bisa tetap dijual dengan harga rendah di dalam negeri.

"Maka kemudian APBN yang harus menombok. Pada saat subsidi meningkat, dan tidak bisa ditolerir lagi maka harga BBM mau tidak mau harus dinaikkan. Kalau dinaikkan maka ini yang terjadi inflasi," ujar Mirza dalam seminar ekonomi Arah Kebijakan Bank Indonesia 2017, Kamis (1/12).

Mirza mengatakan kini risiko kenaikkan harga minyak bisa diminimalisasi melalui sistem penyesuaian harga setiap tiga bulan sekali yang dilakukan oleh Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Keuangan serta Pertamina. Harga BBM akan disesuaikan dengan perkembangan harga pasar yang ada.

"Jadi kalau sekarang dampak kenaikan minyak kepada APBN bukan seperti dulu lagi. Yang membuat inflasi tinggi itu adalah kalau harga BBM tidak sesuai market kemudian ditahan lama dan begitu dinaikkan, tiba-tiba naik bisa 30-40 persen itu yang bikin inflasi besar," kata Mirza.

Mirza menyebut pendorong utama inflasi di Indonesia masih berasal dari volatilitas harga pangan dan tarif listrik. Bank sentral sendiri memproyeksi angka inflasi tahun ini akan berada di kisaran 3-3,2 persen, sementara untuk tahun depan inflasi diperkirakan mencapai 4 plus minus 1.

"Sehingga memang kami melihat itu minimal efek, mungkin ada tapi tidak besar," ujarnya. (gir/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER