Cadangan Devisa RI Cetak Rekor Tertinggi US$129,4 Miliar

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Jumat, 06 Okt 2017 19:52 WIB
Cadangan devisa Indonesia pada September lalu mencapai US$129,4 miliar. Ini merupakan rekor tertingi sepanjang sejarah.
Penerimaan devisa yang mencapai US$129,4 Miliar pada September telah melampaui kebutuhan devisa Indonesia hampir sembilan bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. (CNN Indonesia/Hesti Rika Pratiwi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Cadangan devisa (Cadev) Indonesia pada September lalu mencapai US$129,4 miliar. Ini merupakan rekor tertingi sepanjang sejarah.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengaku nyaman dengan posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia saat ini. Pasalnya, posisi cadev tersebut mampu mendukung kestabilan sistem keuangan dari sisi eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Tentu (nyaman). Ini kalau kita jaga stabilitas sistem keuangan, selain kita mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang baik, tentu kita jaga transaksi berjalan kita sehat," ujar Agus di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jumat (6/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agus mencatat, penerimaan devisa tersebut telah melampaui kebutuhan devisa Indonesia hampir sembilan bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Selain itu, cadev juga berada di atas kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

"Tetapi itu bukanlah yang utama. Yang utama merupakan kekuatan dari transaksi berjalan," imbuhnya.

Ia menyebut defisit transaksi berjalan pada kuartal kedua lalu juga tercatat terjaga sebesar 1,9 persen terhadap PDB. Sementara itu, sampai penghujung tahun ini, BI memproyeksi, transaksi berjalan Indonesia berada di rentang 1,5 persen hingga 2 persen dari PDB. Sedangkan untuk tahun depan, diperkirakan di angka 2 persen sampai 2,5 persen dari GDP.

Adapun, peningkatan cadev dipengaruhi oleh penerimaan devisa yang berasal dari penerimaan pajak dan devisa hasil ekspor sektor komoditas minyak dan gas (migas) bagian pemerintah.

Selain itu, ada pula sumbangan dari penarikan pinjaman luar negeri pemerintah dan hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas. Penerimaan devisa tersebut melampaui kebutuhan devisa, terutama untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo.
(agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER