Bila saham konstruksi direkomendasikan beli (
buy), maka tidak dengan saham berkapitalisasi besar (
blue chip). Pasalnya, rata-rata harga saham
blue chip sudah terlalu mahal bagi pelaku pasar.
Sejumlah analis pun kompak menyarankan agar saham
blue chip dijual (
sell) atau dihindari, khususnya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) atau Telkom dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM).
Pada perdagangan Jumat 13 Oktober 2017 kemarin, harga saham Telkom berakhir di level Rp4.430 per saham atau terkoreksi tipis 0,23 persen, sedangkan Gudang Garam melemah signifikan 2,13 persen ke level Rp64.200 per saham.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu,
price to earning ratio (PER) untuk Telkom berada di posisi 18,46 kali dan Gudang Garam di level 19,77 kali. PER biasanya digunakan sebagai salah satu indikator pelaku pasar dalam menimbang kewajaran dari harga saham.
"Telkom juga berpotensi tidak dapat mempertahankan posisinya dalam lelang spektrum," ungkap Robertus.
Kemudian, saham Gudang Garam juga terkena sentimen negatif karena curah hujan yang sedang tinggi. Kondisi tersebut diprediksi dapat menurunkan mutu dari tembakau dan cengkeh itu sendiri.
Disamping itu, Wijen menambah daftar saham Blue Chip yang patut dijual oleh pelaku pasar, misalnya saja PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Astra International Tbk (ASII), PT United Tractors Tbk (UNTR), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
"Secara teknikal sudah mahal semua, jadi sudah seharusnya turun," terang Wijen.