Survei BI: Bunga KPR Tinggi Hambat Bisnis Properti

Agustiyanti | CNN Indonesia
Senin, 13 Nov 2017 19:42 WIB
Survei BI menyebut, tingginya bunga KPR menjadi faktor utama penghambat bisnis properti. Saat ini, tingkat bunga KPR ada di kisaran 9,69 persen-13,02 persen.
Survei BI menyebut, tingginya bunga KPR menjadi faktor utama penghambat bisnis properti. Saat ini, tingkat bunga KPR ada di kisaran 9,69 persen-13,02 persen. (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hasil survei residensial Bank Indonesia (BI) menyebut, tingginya suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menjadi faktor utama yang menghambat bisnis properti. Saat ini, tingkat bunga KPR perbankan berada di kisaran 9,69 persen hingga 13,02 persen. 

Menurut survei tersebut, sekitar 20,36 persen responden menyebut tingginya bunga KPR sebagai penghambat bisnis properti. Responden juga menyebut tingginya uang muka rumah (16,57 persen responden), pajak (16,13 persen), lamanya perizinan (14,45 persen), serta kenaikan harga bahan bangunan (11,18 persen) sebagai penghambat bisnis properti.

"Berdasarkan lokasi proyek, suku bunga KPR tertinggi terjadi di Gorontalo, sedangkan suku bunga KPR terendah terjadi di Maluku," jelas BI dalam survei tersebut, yang dirilis Senin (13/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bank Indonesia mencatat, tingkat bunga KPR yang diberikan perbankan pada kuartal tiga berkisar antara 9,69 persen hingga 13,02 persen. Adapun sekitar 76,42 persen konsumen, menurut Survei BI, masih memilih fasilitas KPR sebagai fasilitas utama dalam melakukan transaksi pembelian properti residensial. Jumlah ini meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 75,54 persen.

Di sisi lain, penyaluran KPR dan KPA pada kuartal tiga tercatat sebesar Rp392 triliun, meningkat 2,52 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Peningkatan ini lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang tercatat sebesar 1,88 persen secara kuartalan.

Survei BI juga menyebut, pada kuartal tiga, kenaikan harga rumah juga terjadi pada semua tipe rumah. Secara kuartalan, kenaikan tertinggi terjadi pada tipe rumah menengah yang naik 0,59 persen. Namun, secara tahunan, kenaikan harga rumah paling tinggi pada kuartal tiga terjadi pada rumah tipe kecil 5,73 persen.

Sementara itu, penjualan properti residensial pada kuartal tiga ini tercatat menunjukkan kenaikan yang melambat dibanding kuartal sebelumnya. Hasil survei menunjukkan bahwa penjualan properti residensial kuartal tiga secara kuartalan mengalami kenaikan sebesar 2,58 persen.

Menurut BI, kenaikan penjualan properti residensial yang melambat sejalan dengan masih terbatasnya permintaan terhadap rumah hunian.

Survei BI juga memperkirakan, harga rumah akan naik pada kuartal keempat tahun ini. Kenaikan harga rumah terutama diperkirakan akan terjadi pada rumah tipe kecil.

Menurut Survei tersebut, indeks harga properti residensial pada kuartal keempat diperkirakan akan meningkat 0,47 persen secara kuartalan, ebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang naik 0,5 persen. Kenaikan harga rumah diperkirakan akan terjadi pada semua tipe rumah, terutama rumah tipe kecil yang naik 0,61 persen.

Adapun secara tahunan (year on year/yoy), rata-rata harga properti residensial akan naik sebesar 3,41 persen. Kenaikan tersebut lebih tinggi dibandingkan kuartal tiga sebesar 3,32 persen. Kenaikan harga rumah tipe kecil secara tahunan juga tercatat paling tinggi, yakni sebesar 5,78 persen secara tahunan. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER