Rumah Tangga Irit Rp469 Ribu Jika Pangan Semurah di Australia

Christine Novita Nababan | CNN Indonesia
Senin, 27 Nov 2017 17:33 WIB
Indeks Bulanan Rumah Tangga CIPS menyebut harga satu kilogram bawang merah di Indonesia lebih mahal ketimbang Australia, Singapura, dan India.
Indeks Bulanan Rumah Tangga CIPS menyebut harga satu kilogram bawang merah di Indonesia lebih mahal ketimbang Australia, Singapura, dan India. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Ibu-ibu rumah tangga diperkirakan mampu menghemat uang belanja hingga Rp469 ribu per bulan jika harga pangan di Indonesia bisa semurah di Australia, Singapura, Malaysia, Filipina, dan India.

Dalam Indeks Bulanan Rumah Tangga September 2017, Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) melansir, harga satu kilogram bawang merah di Indonesia Rp28.600. Harga ini jauh lebih mahal ketimbang di Australia yang sebesar Rp19.098, Singapura Rp16.921, Malaysia Rp7.668, dan India Rp4.529.

Peneliti CIPS Hizkia Respatiadi mengungkapkan, Indeks Bulanan Rumah Tangga adalah indeks yang menggambarkan perubahan harga komoditas pangan di tingka konsumen. Harga yang digunakan untuk menghitung indeks merupakan harga terendah dari hasil perbandingan harga di Indonesia dengan beberapa negara tetangga, seperti Thailand, Singapura, Malaysia, Filipina, India, Australia, dan Selandia Baru.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Indeks ini mengamati perbedaan pengeluaran masyarakat di Indonesia untuk membeli bahan pangan pokok dibandingkan dengan pengeluaran masyarakat di negara tetangga. Perbandingan ini memperlihatkan seberapa besar uang yang dapat dihemat keluarga di Indonesia dalam hal membeli bahan pangan jika harganya semurah di negara tetangga,” ujarnya saat menyambangi redaksi CNNIndonesia.com, Senin (27/11).

Indeks Bulanan Rumah Tangga juga mencatat harga daging sapi di Indonesia lebih mahal ketimbang Singapura, India, Malaysia, dan Filipina. Asal tahu saja, harga daging sapi di dalam negeri menyentuh Rp151.170 per kg. Sementara, di Filipina cuma Rp84.890 per kg.

Untuk beras, harga per liter beras di Indonesia sebesar Rp11.000. Jauh di atas Singapura yang sebesar Rp9.953 per liter, Malaysia Rp7.379, India Rp6.794, dan Thailand Rp6.237. Harga beras nasional bahkan termahal ketiga setelah Selandia Baru dan Australia yang masing-masing dibanderol Rp17.462 dan Rp14.854 per liter.

Tidak cuma itu, untuk garam dan gula pun, harga yang ditawarkan di Indonesia nyatanya masih lebih mahal dibandingkan Thailand, Malaysia, dan India. Garam dan gula Indonesia dipatok sebesar Rp10.600 per kg dan Rp12.150 per kg.

Menurut Hizkian, pemantauan harga pangan bermakna penting di Indonesia, terutama bagi masyarakat pra-sejahtera. Diperkirakan, ada 28 juta masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Ditambah lagi, 68 juta orang yang tergolong rentan. Jika diakumulasikan, jumlahnya mencapai lebih dari sepertiga populasi Indonesia.

“Masyarakat pra-sejahtera menghabiskan sekitar 50-70 persen pendapatannya hanya untuk membeli kebutuhan bahan pangan pokok. Oleh karena itu, sedikit saja perubahan pada harga pangan akan memengaruhi pola konsumsi dan kesejahteraan mereka,” tutur dia.

Artinya, bila harga pangan terlalu tinggi, keluarga pra-sejahtera akan kesulitan memenuhi kebutuhan nutrisi sehari-hari. Hal ini akan berdampak serius bagi kesehatan, terutama bagi anak-anak. Saat ini, sekitar 29 persen anak-anak Indonesia berusia 0-5 tahun menderita gizi buruk kronis.

Indeks Bulanan Rumah Tangga, sambung Hizkia, menggarisbawahi berapa banyak uang yang dapat dihemat oleh masyarakat. Indeks ini bertujuan untuk mendorong pemerintah untuk senantiasa membuat kebijakan yang menjamin akses pangan berkualitas dengan harga terjangkau. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER