Aset Holding Tambang BUMN akan Tembus Rp88 Triliun

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Kamis, 30 Nov 2017 08:44 WIB
Perusahaan induk (holding) Badan Usaha Milik Negara yang dipimpin oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) akan memiliki jumlah aset mencapai Rp88 triliun.
Perusahaan induk (holding) Badan Usaha Milik Negara yang dipimpin oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) akan memiliki jumlah aset mencapai Rp88 triliun. (CNN Indonesia/Hesti Rika).
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan induk (holding) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dipimpin oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) akan memiliki jumlah aset mencapai Rp88 triliun.

Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin mengatakan, hal ini lantaran seluruh aset Inalum akan digabung dengan PT Bukit Asam Tbk atau PTBA, PT Timah Tbk, dan PT Aneka Tambang Tbk atau Antam.

"Dengan konsolidasi berempat, jadi otomatis aset sebesar Rp21 triliun akan naik menjadi Rp88 triliun," ujar Budi saat konferensi pers Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) tiga perusahaan tambang di Hotel Borobudur, Rabu (29/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sementara itu, alokasi belanja modal (capital expenditure/capex) dari empat perusahaan sekitar Rp13,3 triliun. Secara rinci, Inalum memiliki capex sebesar US$300 juta atau sekitar Rp4,05 triliun (berdasarkan kurs rupiah Rp13.515 per dolar Amerika Serikat). Lalu, capex PTBA sebesar Rp4-5 triliun, Timah sebesar Rp2,8 triliun, dan Antam sekitar Rp1-1,5 triliun.

Namun, seluruh asumsi capex masih terus disesuaikan oleh masing-masing perusahaan sesuai dengan kebutuhan ekspansi bisnis masing-masing. Sebab, tiap perusahaan punya skema ekspansi yang berbeda.

"Jadi itu semua saja dijumlahkan. Untuk rencana ekspansi masing-masing," kata Budi.

Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin mengatakan, faktor yang membuat jumlah capex masih disusun lantaran perusahaan masih terus memantau prospek bisnis pada tahun depan.


Dari sisi global, prospek bisnis dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi global dan pasar batu bara. "Meski awal depan, indeks terlihat relatif membaik dan akhir-akhir ini relatif stagnan dan tidak ada penurunan," kata Arviyan menambahkan.

Dari sisi domestik, pengaruh datang dari kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik. Sebab, diperkirakan kebutuhannya akan terus bertambah seiring dengan program pembangunan listrik hingga 35 ribu megawatt (MW) yang ditugaskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.

"Awal tahun depan kan sudah mulai COD dan seterusnya sampai 2019. Tentu ini membutuhkan batu bara yang besar," pungkasnya.

Tak hanya jumlah capex yang bertambah, secara otomatis porsi saham dan aset dari ketiga perusahaan juga digabungkan ke Inalum. Untuk saham, sebanyak 65 persen saham seri B dari masing-masing perusahaan beralih ke Inalum. Sedangkan sisanya, 35 persen masih milik publik.

(lav/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER