Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) meramal, tren penurunan bunga deposito diproyeksi masih akan terjadi, terutama pada kelompok bank besar. Sementara bank kecil, diperkirakan bakal merespons dengan tingkat penurunan yang lebih rendah.
Direktur Group Surveilans & Stabilitas Sistem Keuangan LPS Doddy Ariefianto menjelaskan, penurunan suku bunga kebijakan BI yang telah direspons dengan penurunan tingkat bunga penjaminan LPS akan mempengaruhi ekspektasi bunga pasar perbankan. Hingga awal tahun depan, bunga dana di pasar diperkirakan masih masih akan rendah.
"Potensi kenaikan tingkat bunga DPK (dana pihak ketiga) secara temporer di akhir tahun relatif terbatas di tengah kondisi likuiditas yang cukup baik," ujar Doddy dikutip dari Indikator Likuiditas LPS Edisi Desember, Senin (18/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun hingga akhir November 2017, menurut Doddy, rata-rata suku bunga deposito bank acuan LPS tercatat sebesar 5,56 persen, turun 9 bps dari posisi akhir Oktober 2017. Hal yang sama terjadi pada rata-rata suku bunga minimum yang turun 7 bps menjadi 4,77 persen, demikian pula pada rata-rata suku bunga maksimum yang terpantau turun 11 bps menjadi 6,35 persen.
"Hingga akhir tahun, tren penurunan suku bunga masih terus terjadi meski dengan laju yang lebih lambat dan terjadi hanya pada kelompok bank tertentu," ungkap dia.
Menurut Doddy, bank-bank besar kemungkinan masih akan menurunkan bunga deposito, sejalan dengan strategi bank untuk memperbaiki kinerja
profit-nya. Terlebih, likuiditas perbankan diperkirakan bakal longgar hingga awal tahun depan.
"Kinerja likiditas perbankan terutama LDR
(Loan to Deposit Ratio) di awal 2018 akan cukup baik akibat tren ekspansi kredit yang rendah sepanjang tahun ini," terang Doddy.
Selain itu, menurut Doddy, likuiditas perbankan juga akan didukung oleh pertumbuhan DPK yang lebih tinggi, meski bank menawarkan bunga dana yang lebih rendah. Hal ini, menurut dia, lantaran ada kecenderungan nasabah DPK (dana pihak ketiga) perusahaan dan individu yang mengakumulasi cash memberi efek positif bagi tambahan likuiditas perbankan.
Doddy juga memperkirakan, Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga kebijakannya hingga awal 2018. Hal ini menurut dia, mempertimbangkan faktor global dan domestik, khususnya dampak perubahan kebijakan The Federal Reserve (Fed) dan European Central Bank (ECB) terhadap nilai tukar dan inflasi di kuartal pertama 2018.
"BI masih akan tetap mempertahankan suku bunga kebijakan hingga awal 2018 dengan mempertimbangkan faktor global dan domestik," jelas dia.
(agi)