Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memproyeksi pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dapat menyentuh 10 persen-12 persen pada tahun depan. Proyeksi ini tumbuh tipis dibandingkan perkiraan Bank Indonesia (BI) yang sebesar 9 persen-11 persen.
Berdasarkan data BI, hingga Oktober 2017, pertumbuhan DPK mencapai 11 persen secara tahunan (year on year/yoy). Angka itu menurun dari September 2017 yang sempat mencatat kenaikan 11,7 persen.
Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah mengatakan, proyeksi itu cenderung membaik karena ada potensi peningkatan DPK dari dana luar negeri. “DPK akan naik, tetapi belum spektakuler,” ujarnya di kawasan Kebayoran Baru, Kamis (15/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, peluang pertumbuhan DPK cukup subur dari kontribusi dana luar negeri yang masuk ke perbankan. Alasannya, Indonesia dinilai masih cukup menarik bagi investor asing untuk menimbun dananya di dalam negeri.
Pasalnya, ia optimistis, perbaikan peringkat (rating) layak investasi dari tiga lembaga pemeringkat masih akan memberi stimulus pada derasnya aliran dana asing.
“Secara
interest rate differential, untuk produk keuangan di Indonesia masih cukup menarik. Apalagi, rupiah masih cenderung stabil. Itu membuat investor nyaman,” jelasnya.
Kendati begitu, memang, dari sisi tabungan masyarakat masih menjadi tantangan, sehingga diperkirakan kontribusi DPK yang berasal dari tabunga tidak begitu tinggi pada tahun depan. Sebab, tabungan dari masyarakat dipengaruhi oleh pendapatan.
Sementara, pendapatan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi. Namun, pemerintah dan berbagai kalangan melihat, laju perekonomian Indonesia belum berlari kencang pada tahun depan, sehingga dampak pada peningkatan pendapatan juga minim.
“Meski pertumbuhan ekonomi banyak diperkirakan di angka 5,2-5,4 persen, tapi ini belum seperti pertumbuhan ekonomi yang di angka 6 persen,” pungkasnya.
(bir)