Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan, segala agenda internasional yang terjadi di semester II tahun depan akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai target 5,4 persen.
Adapun, dua agenda yang diharapkan mampu menyokong target pertumbuhan ekonomi adalah Asian Games di Jakarta dan Palembang pada bulan Agustus serta pertemuan tahunan International Monetary Fund dan Bank Dunia di Bali tiga bulan berikutnya. Ia berharap, dua helatan ini mampu menopang konsumsi masyarakat.
“Asian Games adalah perhelatan di tengah tahun. Kalau lihat siklus Idul Fitri yang maju 11 hari, jatuh pada awal Juni, maka awal semester II atau kuartal III Indonesia akan dapat
push dari belanja begitu banyaknya hadirin yang datang ke Indonesia untuk lihat Asian Games. Ada 45 negara lebih di mana kami mengharapkan lebih dari 30 ribu pengunjung,” ujar Sri Mulyani, Senin (18/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, rencana Indonesia dalam menjadi tuan rumah pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia masih diselubungi ancaman erupsi Gunung Agung. Meski begitu, ia sudah mendapat jaminan bahwa Gunung Agung bakal terpantau aman.
“Rencana host IMF World Bank
annual meeting di Bali, meskipun dengan suasana (erupsi) Gunung Agung yang hanya memengaruhi 10 kilometer dari Gunung Agung. Artinya, Anda semua yang barang kali kemarin banyak mengubah destinasi akhir tahun, saya
encourage untuk kembali lagi ke Bali,” papar dia.
Di samping dua hal insidentil, Indonesia juga akan menggelar 171 Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak dengan jumlah pemilih sebanyak 75 persen dari total pemilihan umum secara nasional. Ia harap, hal itu bisa memberikan dampak positif dari segi konsumsi dan tidak membuat investor menahan diri dalam ekspansi (wait and see).
“
Downside risk mengenai ketidakpastian diharapkan akan hilang karena Presiden menjamin dalam situasi siklus politik seperti ini, seluruh jajaran pemerintahan akan bekerja fokus menjalankan program-program pembangunan pemerintah,” tambahnya.
Kendati demikian, tahun 2018 bukanlah masa tanpa risiko. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi global yang sarat ketidakpastian tentu akan berimbas ke Indonesia. Dalam hal ini, ia waspada akan kondisi yang terjadi di China dan Amerika Serikat.
China, lanjut Sri Mulyani, kini tengah merestrukturisasi kembali perekonomiannya. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menegaskan, negara tirai bambu itu tengah menghadapi
trade off antara terus mempertahankan pertumbuhan ekonomi atau menyeimbangkan diri dengan komposisi pertumbuhan ekonomi yang baru.
“Tentu saja,
balancing yang dilakukan China akan mempengaruhi seluruh dunia,” kata Sri Mulyani.
Sementara untuk AS, ia mewanti-wanti dampak dari arah kebijakan Bank Sentral AS sepeninggal Janet Yellen serta rencana kebijakan fiskal baru yang bisa menjadi insentif berusaha di sana. Artinya, hal tersebut bisa membawa dana keluar dari Indonesia.
“AS. Di Eropa walaupun sudah menunjukkan tanda pemulihan, namun secara politik jauh dari stabil. Jadi, AS, Eropa, dan China ini yang harus diperhatikan,” pungkas dia.
Hingga kuartal III tahun 2017, pertumbuhan ekonomi secara tahunan
(year to date) tercatat di angka 5,03 persen. Pemerintah sendiri yakin pertumbuhan ekonomi akhir tahun ini ada di angka 5,15 persen dan akan naik ke angka 5,4 persen tahun depan.
(agi)