Anggaran Cekak, Pemerintah Akui Kualitas Data Seismik Rendah

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Jumat, 05 Jan 2018 08:27 WIB
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui masih rendahnya kualitas data seismik yang dihasilkan oleh pemerintah.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui masih rendahnya kualitas data seismik yang dihasilkan oleh pemerintah. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui masih rendahnya kualitas data seismik yang dihasilkan oleh pemerintah.

Padahal, melalui data seismik pemerintah bisa memetakan tanda-tanda adanya cadangan migas yang ada di satu cekungan (basin) untuk nantinya ditawarkan kepada kontraktor.

Tak ayal, pada saat lelang wilayah kerja atau blok minyak dan gas (migas), blok yang laku untuk dikelola oleh kontraktor adalah blok data seismiknya dikerjakan oleh badan usaha atau pihak ketiga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Pelaksana tugas (Plt) Direktor Jenderal Migas Ego Syahrial mengungkapkan terbatasnya kemampuan pemerintah dalam menyampaikan data tak lepas dari minimnya anggaran yang dialokasikan untuk melakukan survey pengumpulan data seismik.

"Memang anggaran pemerintah terbatas. Pemerintah itu dalam satu tahun paling mengeluarkan berapa sih untuk kegiatan pencairan seismik baru yang ada di Badan Geologi? Tidak sampai Rp90 miliar," ujar Ego saat berbincang dengan awak media di kantor Kementerian ESDM, Kamis (4/1).

Bahkan, lanjut Ego, anggaran survey seismik tahun ini turun dibandingkan tahun lalu yaitu hanya Rp58 miliar untuk dua lokasi yaitu di Sulawesi Tenggara dan Singkawang, Kalimantan Barat. Kedua lokasi masing-masing mendapatkan jatah anggaran Rp29 miliar.

Tahun lalu, pemerintah mengalokasikan anggaran pengumpulan data untuk tiga lokasi yaitu Arafura Selatan, Selaru Timur, dan Buru di mana masing-masing lokasi mendapatkan anggaran Rp25 miliar.

Kualitasnya pun kalah dengan data yang dihasilkan oleh badan usaha. Sebagai gambaran, lanjut Ego, jika badan usaha bisa menyajikan data seismik dalam bentuk tiga dimensi dengan cakupan yang mendetail, pemerintah hanya mampu menyajikan data dua dimensi.


Minimnya anggaran, lanjut Ego, juga membuat pemerintah melakukan survey ke wilayah Indonesia Timur. Ego memperkirakan biaya untuk melakukan survey seismik di satu titik di wilayah Indonesia Timur bisa mencapai Rp100 miliar.

Lebih lanjut, Ego menyebutkan saat ini Indonesia memiliki 128 cekungan (basin) yang berpotensi menyimpan cadangan minyak di dalamnya. Namun, baru 40 persen diantaranya yang telah dieksplorasi dan menghasilkan migas.

Adapun sebanyak 20 persen baru pada tahap eksplorasi awal dan belum diketahui cadangannya. Sementara, 40 persen sisanya sama sekali belum tersentuh dan sebagian besar berada di wilayah Indonesia Timur. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER