Jakarta, CNN Indonesia -- Kenaikan harga komoditas minyak dan batu bara disebut akan menjadi penglaris saham emiten pertambangan di sepanjang pekan ini. Tak ayal, indeks sektor pertambangan akan kembali memimpin pergerakan indeksi seperti halnya pekan lalu yang melejit hingga 5,04 persen.
Analis Oso Sekuritas Riska Afriani mengungkapkan, pertumbuhan harga dua komoditas ini akan berdampak positif pada emiten berbasis batu bara, seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
“Harga minyak dunia sudah tembus US$60 per barel,” ujarnya kepada
CNNIndonesia.com, Senin (8/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia Crude Price (ICP) tercatat tumbuh menjadi US$60,9 per barel pada Desember 2017. Angka ini naik US$1,56 per barel kalau dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yakni US$59,34 per barel.
Sementara, harga batu bara saat ini berada di kisaran US$80 - US$90 per metrik ton. Diperkirakan, harga batu bara masih akan stabil di level tersebut pada pekan ini. “Kemudian, saham pertambangan juga menarik secara teknikal,” kata Riska.
Sepanjang pekan lalu, harga saham ADRO dan PTBA yang direkomendasikan beli oleh tim Oso Sekuritas memang mencatat kenaikan.
ADRO, misalnya, yang naik 5,85 persen ke level Rp1.990 per saham dan PTBA tumbuh 4,39 persen menjadi Rp2.610 per saham.
"Meskipun sudah tinggi, nanti menguat lagi. Ada aksi ambil untung dulu, satu hingga dua hari, tapi setelah itu kembali lagi," terang dia.
Dengan kenaikan beberapa saham pertambangan yang memiliki nilai kapitalisasi pasar besar (
big capitalization/big cap) di sektornya, indeks sektor pertambangan bangkit (r
ebound) pada pekan lalu ke level 1.674,302 jika dibandingkan pekan sebelumnya di level 1.593,999.
 Kenaikan harga minyak dan batu bara disebut menjadi penglaris saham emiten pertambangan pekan ini, seperti Adaro Energy dan Bukit Asam. (Ilustrasi/CNN Indonesia/Safir Makki). |
Sektor lainnya yang patut diperhatikan pelaku pasar pekan ini, yaitu sektor perbankan, khususnya bank-bank pelat merah, seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).
"Prediksi saya cukup positif, mengingat target pertumbuhan kredit tahun ini 10 persen sampai 12 persen," tutur Riska.
Bila penyaluran kredit tumbuh, maka akan berimbas positif pada kinerja keuangan perbankan. Selain itu, perbankan juga akan mendapatkan rezeki tambahan dari kebutuhan pembiayaan proyek infrastruktur yang sedang dikebut oleh pemerintah.
"Proyek infrastruktur kan target selesai 2019. Jadi, sepanjang proyek berjalan banyak yang meminjam dana dari bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN)," jelasnya.
Kebetulan, harga ketiga saham perbankan yang masuk dalam rekomendasi sempat terkoreksi selama pekan lalu.
BNI memimpin pelemahan tersebut dengan persentase 4,85 persen ke level Rp9.300 per saham. Diikuti oleh BRI yang turun 1,1 persen dan Bank Mandiri merosot 0,31 persen.
"Ini koreksi sehat saja. Jadi, masih menarik untuk akumulasi beli," imbuh dia.
Murah 'Meriah', ICBP dan INDF Berpotensi Naik Kemudian, pelaku pasar juga bisa mencari keuntungan dari saham berbasis barang konsumsi sepanjang pekan ini. Bahkan, saham sektor tersebut juga bisa dijadikan investasi jangka panjang.
Analis Recapital Asset Management Kiswoyo Adi Joe mengungkapkan, saham barang konsumsi yang bisa dinikmati oleh pelaku pasar pekan ini, yaitu PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
"Belum naik tinggi, (harga saham) INDF dan ICBP masih murah," katanya.
Akhir pekan lalu, harga saham Indofood Sukses Makmur masih terkoreksi 0,65 persen ke level Rp7.675 per saham. Namun, kondisi yang berbeda terjadi pada Indofood CBP Sukses Makmur yang justru menguat 1,64 persen ke level Rp9.275 per saham.
"Laporan keuangan mereka juga bagus," ungkap Kiswoyo.
Mengutip laporan keuangan perusahaan pada kuartal III 2017, laba bersih Indofood Sukses Makmur naik 1,2 persen menjadi Rp3,28 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yaitu sebesar Rp3,24 triliun.
Sementara, anak usahanya, Indofood CBP Sukses Makmur membukukan laba bersih sebesar Rp3,04 triliun atau naik 7,4 persen dari Rp2,83 triliun.
(bir)