Jakarta, CNN Indonesia -- Tren pembelian hunian vertikal jenis apartemen kini bergeser dari sebelumnya didominasi dengan fasilitas Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) dari perbankan ke pembelian melalui cicilan langsung ke pengembang.
Lembaga konsultan properti Colliers Internasional melihat, perbedaan batasan uang muka (
down payment/DP) sesuai dengan kebijakan rasio pembelian
(Loan to Value/LTV) dari Bank Indonesia (BI) sebagai penyebabnya. Menurut kebijakan itu, pembelian apartemen pertama dikenakan uang muka sekitar 10 persen, yang menjadi lebih besar untuk apartemen kedua, ketiga, dan seterusnya.
Adapun bila membeli dengan mencicil langsung ke pengembang, tidak ada batasan uang muka yang lebih tinggi, justru pengembang berlomba-lomba memberikan batasan uang muka yang kompetitif dengan kecenderungan lebih rendah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Motif kebanyakan orang beli apartemen adalah investasi. Makanya cara ini (langsung beli ke pengembang) banyak dipakai," ucap Ferry Salanto, Senior Associate Director of Research Colliers, Selasa (9/1).
Adapun kecenderungan perubahan transaksi pembelian apartemen itu, terutama terjadi pada kalangan menengah atas. Pasalnya, masyarakat kalangan tersebut tak ingin dipusingkan dengan administrasi pengajuan KPA bank yang lama.
Kendati begitu, dari sisi suku bunga yang ditawarkan, sebenarnya tawaran dari pengembang tak lebih rendah. "Sebenarnya yang dilihat bukan itu, tapi memang lebih mudah prosesnya, DP lebih rendah, itu lebih jadi daya tarik," katanya.
Fasilitas cicilan yang menarik merupakan salah satu siasat yang dilakukan oleh para pengembang guna mendongkrak penjualan apartemen. Ini lantaran cukup lesunya penjualan apartemen sepanjang tahun lalu. Pada tahun lalu, suplai apartemen hanya naik sekitar 8 ribu unit atau 48,4 persen dari target tahun lalu.
Kendati kenaikan suplai rendah, tingkat penyerapan
(take up) justru terkontraksi sekitar 0,9 persen menjadi 85,9 persen secara tahunan
(year on year/yoy) pada akhir kuartal IV 2017. "Dengan kondisi seret ini, pengembang kian kreatif dan berani, dengan tawarkan skema cicilan langsung ke mereka," terangnya.
Ferry menyebut, beberapa kondisi membuat mekanisme cicilan pengembang tetap akam menjadi tren pembelian apartemen hingga akhir tahun ini. Pertama, masih ada ketidakpastian pada tingkat suku bunga acuan BI
(7 Days Reverse Repo Rate/7DRR) yang dipengaruhi rencana kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed).
Kedua, suku bunga kredit bank juga masih bisa berubah dengan ketidakpastian bunga acuan BI, kendati perbankan mengklaim sudah menurunkan suku bunga kreditnya.
"Kalau bank sudah stabil, ini bisa balik lagi ke KPA, itu nanti akan ada tindakan pasti dari bank atau mungkin nanti market akan bergeser dengan sendirinya," jelasnya.
Berdasarkan data Colliers, harga apartemen pada tahun lalu turun sekitar 0,5 persen. Sedangkan harga sewa turun sekitar 1,4 persen. Kendati begitu, Ferry bilang, untuk tahun ini harga jual apartemen diperkirakan akan naik sekitar 5-6 persen dan harga sewa naik sekitar 2 persen
(agi)