Jakarta, CNN Indonesia -- Ratu Prabu Grup mengklaim Export-Import Bank of China (China Eximbank) akan mendanai proyek
Light Rail Transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek).
Direktur Utama Ratu Prabu Grup, Burhanuddin Bur Maras menjelaskan, proyek LRT Jabodetabek dengan nilai investasi US$28 miliar-US$30 miliar atau Rp378 triliun-Rp405 triliun (kurs rupiah Rp13.500) ini akan dipenuhi dengan pendanaan sindikasi oleh beberapa bank.
"Jadi sindikasi, pemimpinnya Eximbank China, mereka sudah menyanggupi," tutur Bur Maras, Selasa (9/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun begitu, Bur Maras menyebut, belum ada keputusan pasti berapa total dana yang akan dikucurkan oleh Eximbank China. Komitmen jumlah dana masih akan menunggu izin pembangunan dari pemerintah provinsi (pemprov) DKI Jakarta.
"Jika mendapatkan persetujuan pemerintah, mereka bersedia kucurkan dananya," terang Bur Maras.
Selain Eximbank China, Bur Maras mengaku perbankan asal Jepang dan Korea juga telah menunjukan ketertarikannya dalam mendanai proyek LRT Jabodetabek. Menurutnya, sejumlah bank dari Jepang akan menyambangi kantornya Senin pekan depan (15/1).
Selanjutnya, perusahaan juga tak lupa akan meminta bantuan perbankan dari dalam negeri. Namun, pihaknya belum melakukan diskusi dengan perbankan nasional.
"Karena di Indonesia, tentu perputaran uang melibatkan bank dalam negeri. Itu sudah pasti," tegasnya.
Lebih lanjut Bur Maras memaparkan, proyek LRT Jabodetabek ini bisa dikatakan menguntungkan karena berdasarkan studi yang dilakukan oleh dua lembaga konsultas asal Amerika Serikat (AS) dan Australia,
Internal Rate of Return (IRR) proyek LRT Jabodetabek sebesar 10,9 persen.
"Itu bagi bisnis menguntungkan, karena sembilan persen saja sudah untung. Nah itu kalau mau pinjam uang di bank bunganya 6,7 persen, sedangkan dengan China hanya dua persen," kata Bur Maras.
Utang Proyek Lunas 15 TahunSelanjutnya, Bur Maras mengklaim bisa membayar seluruh pinjaman proyek LRT Jabodetabek dalam jangka waktu 10 tahun hingga 15 tahun. Berdasarkan hitungannya bersama lembaga konsultan asal Amerika Serikat (AS) dan Australia, LRT Jabodetabek berpeluang mencatatkan pendapatan sebesar US$15 juta per hari.
"Total penduduk yang mondar-mandir di Jakarta ini menurut Bappenas 10 juta penduduk, kami ambil misalnya 5 juta penduduk saja, dengan tiket US$3 untuk pulang dan pergi maka satu hari pendapatan bisa US$15 juta," papar Bur Maras.
Dengan demikian, kata Bur Maras, perusahaan bakal meraih pendapatan dari LRT sebesar US$5,4 miliar dalam satu tahun. Sementara, perusahaan akan menggunakan 70 persen sampai 80 persen untuk biaya operasional dan perawatan.
"Jadi sisa 30 persen atau 40 persen, kami bisa kembalikan dana dengan waktu relatif singkat," jelas Bur Maras.
(agi)