Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) membukukan peningkatan surplus neraca perdagangan, yakni menjadi US$11,83 miliar hingga Desember 2017. Peningkatan surplus ini ditopang oleh kenaikan neraca dagang nonmigas yang melampaui kenaikan defisit neraca dagang migas.
Lebih rinci, surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat meningkat US$5,24 miliar atau menjadi US$20,40 miliar pada tahun lalu. Namun, pada periode yang sama, neraca perdagangan migas mencatat defisit US$2,93 miliar menjadi hanya US$8,57 miliar.
“Secara bulanan, neraca perdagangan Desember 2017 defisit US$0,27 miliar. Defisit neraca perdagangan bersumber dari rendahnya surplus neraca perdagangan nonmigas dibanding dengan defisit neraca perdagangan migas,” ujar Agusman, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Selasa (16/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun, ia melanjutkan, penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas tersebut dipengaruhi oleh penurunan ekspor nonmigas, terutama pada ekspor lemak dan minyak hewan/nabati, mesin/peralatan listrik, kendaraan dan bagiannya, serta mesin-mesin/pesawat mekanik.
Di sisi lain, penurunan impor nonmigas terjadi pada impor mesin dan pesawat mekanik, plastik dan barang dari plastik, kendaraan dan bagiannya, serta bahan kimia organik.
Sementara itu, neracara perdagangan migas defisit sebesar US$1,04 miliar pada Desember 2017. Defisit itu membengkak dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu US$0,92 miliar. Peningkatan defisit neraca perdagangan migas dikarenakan kenaikan impor migas melampaui peningkatan ekspornya.
BI memandang bahwa kinerja neraca perdagangan tetap positif dalam mendukung kinerja transaksi berjalan. Ke depan, kinerja neraca perdagangan diperkirakan terus membaik, seiring dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi dunia dan harga komoditas global yang tetap tinggi.
“Perkembangan tersebut akan mendukung perbaikan prospek pertumbuhan ekonomi dan kinerja transaksi berjalan,” terang Agusman.
(bir)