Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) memperkirakan penyerapan biodiesel tahun ini bakal mencapai 3,5 juta kilo liter (kl). Proyeksi tersebut lebih tinggi dibandingkan realisasi penyerapan tahun lalu yang ada di kisaran 3,1 juta kl.
Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan Taningdjaja mengungkapkan, peningkatan penyerapan tahun ini dipacu oleh proyeksi peningkatan penyerapan yang berasal dari penggunaan biodiesel untuk moda transportasi kereta api. Jika terealisasi, kereta api akan menyerap sekitar 400 ribu hingga 500 ribu kilo liter (kl) biodiesel per tahun.
"Kalau belum (terealisasi), berarti penyerapan masih sama seperti tahun lalu," ujar Paulus dalam konferensi pers di kantor Aprobi, Senin (22/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Paulus mengungkapkan, saat ini, penggunaan biodiesel pada moda transportasi kereta api masih dalam tahap pengujian. Paling cepat, lanjut Paulus, penggunaan biodiesel pada sebagian operasional kereta api akan terealisasi pada Oktober mendatang.
Selain itu, peningkatan permintaan biodiesel juga berasal dari sektor pertambangan. Beberapa produsen alat berat sudah mulai menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar dan sebagian lagi masih dalam tahap uji coba.
Sementara itu, penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar pesawat masih terganjal persoalan regulasi penerbangan dari Kementerian Perhubungan dan perdebatan soal pengurangan emisi.
"Kami berencana melakukan uji coba setelah persoalan peraturan selesai," ujarnya.
Jika seluruh uji coba dari berbagai sektor tersebut berhasil, penyerapan biodiesel dalam negeri bisa mencapai 6 juta kl per tahun, baik yang berasal dari kewajiban pelayanan publik (PSO) maupun yang non PSO.
Bidik Ekspor ke ChinaSementara itu, ekspor biodiesel Indonesia masih tertahan oleh tuduhan Amerika Serikat dan Uni Eropa kepada Indonesia terkait praktik dumping dan pemberian subsidi.
Tadinya, ekspor biodiesel ke AS dan EU masing-masing bisa mencapai 400 ribu kl dan 1,8 juta kl. Dengan adanya tudingan tersebut, praktis ekspor ke dua kawasan kawasan tersebut terhenti sehingga ekspor biodiesel Indonesia tahun lalu hanya kurang dari 200 ribu kl.
Indonesia, lanjut Paulus, berkomitmen untuk menyelesaikan persoalan tersebut baik melalui jalan perundingan bilateral, pembahasan di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan kampanye positif sawit. Pasalnya, jika dibiarkan, bukan tidak mungkin negara-negara lain bakal mengikuti langkah AS dan Uni Eropa.
Guna mendorong ekspor, pelaku usaha mulai membidik pasar dari negara yang memiliki komitmen tinggi untuk beralih ke energi baru terbarukan, salah satunya China.
Paulus menuturkan, China membutuhkan energi baru terbarukan sekitar 175 juta kl per tahun. Indonesia diperkirakan bisa memasok biodiesel hingga 9 juta kl per tahun atau masih di bawah total kapasitas produksi nasional yang mencapai 11 hingga 12 juta kl per tahun.
Ketua Umum Aprobi MP Tumanggor menambahkan, saat ini, pelaku bisnis lokal dibantu pemerintah masih bernegosiasi dengan pemerintah China terkait harga jual. Dari pihak China menginginkan harga bisa terkunci untuk jangka waktu tertentu dalam kontrak jual beli. Namun, pelaku usaha domestik masih berat untuk memenuhi persyaratan tersebut.
"China meminta harganya
fixed tidak mengikuti harga pasar," terang dia.
(agi)