Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyebut, peluang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) dari level 4,25 persen sangat kecil pada tahun ini.
Agus memaparkan, terdapat beberapa faktor baik dari dalam maupun luar negeri yang perlu diwaspadai oleh BI terkait kebijakan suku bunga. Dari luar negeri, Agus menyebutkan, terdapat potensi
Fed Fund Rate (FFR) menaikan tingkat suku bunganya.
"Kami juga melihat, di dalam negeri ada pengelolaan inflasi yang perlu dilakukan karena di akhir tahun 2017 ada tekanan inflasi. BI melihat, kalau melakukan penyesuaian
policy rate mungkin ruangnya sudah tidak besar," ujar Agus dikutip, Kamis (25/1).
Kendati demikian, Agus menyebutkan, pihaknya dapat merespon kemungkinan pelonggaran kebijakan melalui kebijakan moneter lainnya dan juga kebijakan makroprudensial. Agus menambahkan, dari sisi moneter, pihaknya melakukan percepatan Giro Wajib Minimum
Averaging.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, dari sisi makroprudensial, Agus mengatakan, akan mencanangkan rasio intermediasi makroprudensial dan rasio penyangga likuiditas makroprudensial.
"Itu juga kebijakan makroprudensial dan itu secara umum akan membuat likuiditas perbankan lebih baik dan pasar keuangannya lebih dalam," imbuhnya.
Sebagai informasi, pada tahun 2017 Suku bunga acuan BI 7DRRR turun hingga dua kali, yakni pada Agustus dan September. Penurunan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen.
Adapun, pada Januari 2018, BI tetap mempertahankan suku bunga acuan BI 7DRRR di angka 4,25 persen.Suku bunga simpanan
(deposit ficility) dan suku bunga pinjaman
(lending facility) juga dipertahankan masing-masing di 3,5 persen dan 5,0 persen
(agi)