Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah menyatakan petani di Bali baru saja mengekspor komoditas beras merah sebanyak 11 ton. Ekspor tersebut dilakukan di tengah kebijakan pemerintah untuk mengimpor 500 ribu ton beras khusus.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, di tengah polemik soal impor beras di Tanah Air, petani-petani di Bali justru mengekspor beras ke luar negeri, tepatnya ke Amerika Serikat.
"Ini memang bukan beras biasa, tapi beras merah. Pada 23 Januari 2018, ekspor perdana beras merah sebanyak 11 ton ke Amerika itu telah dilakukan," ujarnya dalam laman Facebook, Jumat (26/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, dari hasil pemeriksaan fisik dan kelengkapan dokumen, beras merah tersebut bebas dari Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), sehingga dapat diterbitkan Phytosanitary Certificate.
"Lalu beras merah dari Bali ini pun melalui Pelabuhan Laut Tanjung Perak, Surabaya menuju Oakland, Amerika Serikat," imbuhnya.
Arman menjelaskan, beras merah (Oryzae glaberima) memang salah satu komoditas pangan yang diburu dan diminati masyarakat baik dalam maupun luar negeri.
"Hal ini karena kandungan gizi di dalamnya yang yang lebih beragam daripada beras putih yaitu: karbohidrat, serat, vitamin B, magnesium, fosfor dan kalsium dan kalium," jelas Arman.
Harganya pun, lanjut Arman, lebih tinggi dari beras putih. Ia mengaku balai karantina pertanian mendukung dengan memastikan beras merah yang akan diekspor tersebut sehat, aman dikonsumsi dan sesuai dengan persyaratan ekspor dari negara tujuan.
Di sisi lain, Kementerian Perdagangan akan mengimpor beras khusus demi menjaga stok dan harga beras yang saat ini melonjak di pasaran. Rencananya, beras khusus yang diimpor memiliki volume 500 ribu ton dan akan sampai di Indonesia akhir Januari 2018 ini.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, langkah impor ini diambil sebagai solusi yang efektif dalam waktu singkat. Menurutnya, panen memang sudah mulai terjadi pada bulan Januari dan Februari, hanya saja, jumlahnya masih belum bisa ditentukan.
“Dari sisi pasokan, panen memang ada setiap hari cuma jumlahnya berbeda. Diperkirakan, Februari hingga Maret kami akan mengisi gap ini dan kami tak mau kekurangan pasokan, maka kami akan impor beras khusus, yakni beras yang tidak ditanam di dalam negeri,” ujar Enggar.
(asa)