Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Danamon Tbk (BDMN) memperkirakan sektor ritel akan memicu pertumbuhan kredit 2018 menjadi dua digit atau sekitar 10 persen hingga 11 persen. Hal ini juga seiring potensi peningkatan peredaran uang karena momen pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2018.
Kepala Ekonom Bank Danamon, Anton Hendranata menilai, populasi penduduk Indonesia yang terus bertambah juga membuat sektor ritel masih menarik perhatian. Dengan demikian, kredit ritel diperkirakan menanjak dari total kredit ritel tahun 2017 sebesar 5,2 persen.
"Lalu juga transportasi dan komunikasi juga masih menarik," ungkap Anton, Rabu (31/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan data Bank Danamon, pertumbuhan kredit tahun ini diproyeksi hanya 7,5 persen hingga 7,8 persen. Pasalnya, suku bunga Bank Indonesia (BI) yang sudah di kisaran 4,25 persen belum tidak dibarengi dengan permintaan kredit.
"Lalu non performing loan (rasio kredit bermasalah) sudah mendekati tiga persen tahun lalu, biasanya perbankan akan sangat hati-hati," papar Anton.
Ia merinci, rasio kredit bermasalah terus menanjak sejak tahun 2012. Bila pada tahun 2012 rasio kredit bermasalah masih berada di level 1,9 persen, kemudian tahun 2017 menjadi 2,9 persen.
"Untuk menjaga rasio kredit bermasalah tahun ini perbankan harus menghindari sektor komoditas karena rasioanya tinggi sekali tahun lalu," jelas Anton.
Misalnya saja, rasio kredit bermasalah khusus untuk kredit pertambangan masih berada di level 7,2 persen, atau sama dengan tahun 2016. Padahal, harga beberapa harga komoditas sudah mulai meningkat.
"Sektor komoditas memang tidak stabil, sangat rentan dengan gejolak harga," imbuh Anton.
(lav)