Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah akan mencari tahu penyebab pertumbuhan konsumsi masyarakat rumah tangga yang hanya tumbuh 4,95 persen atau lebih rendah dibanding tahun sebelumnya 5,01 persen. Sebab, perlambatan konsumsi ini terjadi kala pendapatan per kapita dan sektor usaha memiliki kinerja kinclong sepanjang tahun 2017.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai, produksi manufaktur berbasis konsumsi seperti makanan dan minuman mencatat kinerja baik dengan pertumbuhan di angka 9,23 persen. Tak hanya itu, sektor tekstil dan pakaian yang juga bangkit 3,76 persen setelah setahun sebelumnya terpapar pertumbuhan negatif 0,09 persen.
Menurutnya, ini merupakan bukti bahwa konsumsi domestik dan luar negeri mengalami perbaikan. Ini pun diiringi dengan kenaikan pendapatan per kapita Indonesia yang naik menjadi Rp51,89 juta dari sebelumnya Rp47,96 juta. Hanya saja, ia masih heran kenapa pertumbuhan konsumsi tidak begitu cemerlang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Ini adalah suatu yang harus kami lihat, apakah penyebabnya adalah inflasi yang secara satu tahun ini lebih besar dan terutama juga kami lihat dari sisi daya beli masyarakat,” ujar Sri Mulyani di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (5/2).
Kendati demikian, ia masih menilai bahwa melemahnya konsumsi ini bisa diperbaiki di tahun ini. Menurutnya, pertumbuhan konsumsi diharapkan bisa berada di atas 5 persen tahun ini demi menopang target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen sesuai asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018.
Maka dari itu, pengendalian inflasi dianggap menjafi kunci penting dalam memperbaiki daya beli masyarakat. Sebab, berkaca pada kuartal lalu, konsumsi memang sedikit turun karena inflasi sedang membengkak.
“Sekarang hanya lebih ke arah (membangun) optimisme masyarakat,” kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Sementara itu, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution tidak begitu mempermasalahkan pertumbuhan konsumsi yang melemah tipis tahun lalu. Menurutnya, pelemahan itu dikompensasi dengan kenaikan investasi dan Pembentuk Modal Tetap Bruto (PMTB) dengab angka yang jauh lebih tinggi ketimbang pertumbuhan ekonomi 2017.
Sekadar informasi, ekspor pada tahun lalu tercatat naik 9,09 persen dan PMTB tercatat melesat 6,15 persen. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencatat 5,07 persen di periode yang sama.
“(Pelemahan pertumbuhan konsumsi) ya kecil sekali lah. Dan memang dikompensasi aspek lain seperti investasi dan ekspor. Ekonomi ya memang begitu,” tuturnya.
Dengan pertumbuhan 4,95 persen, konsumsi masyarakat membentuk 56,13 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) di tahun 2017.
Konsumsi makanan dan minuman, pakaian dan alas kaki, perumahan dan perlengkapan rumah tangga, dan transportasi terlihat menurun. Tetapi di sisi lain, pertumbuhan konsumsi kesehatan dan pendidikan serta restoran dan hotel meningkat dibanding tahun sebelumnya.
(gir)