Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) mengantongi laba sebesar Rp1,2 triliun sepanjang tahun 2017. Angka itu merosot 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp1,75 triliun.
Direktur Keuangan BTPN Arief Harris Tandjung mengungkapkan tergerusnya laba perusahaan disebabkan oleh restrukturisasi organisasi, kantor cabang, dan sumber daya manusia pada kuartal IV tahun lalu yang menghabiskan sekitar Rp760 miliar.
Dalam restrukturisasi itu, salah satunya perseroan menawarkan program pensiun sukarela kepada karyawan melalui Program Pengakhiran Kerja Sukarela (PPKS).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, tahun lalu, perseroan juga meningkatkan investasi pengembangan layanan digital sebesar 36 persen dari Rp611 miliar menjadi Rp832 miliar. Sejak diluncurkan pada 2016 lalu, jumlah pengguna dua platform digital perusahaan telah meningkat.
Platform BTPN Wow! yang diperuntukkan bagi segmen pekerja informal dan pedagang mikro itu pada tahun lalu telah memiliki 4,8 juta nasabah yang dilayani 200 ribu agen. Sementara, jumlah nasabah aplikasi Jenius yang terdaftar telah mencapai hampir 500 ribu.
"Kalau tidak ada one-time restrukturisasi dan investasi, laba kami dari bisnis inti sebenarnya masih tumbuh enam persen dibandingkan tahun lalu," ujar Direktur Keuangan BTPN Arief Harris Tandjung dalam konferensi pers di Menara BTPN, Rabu (14/2).
Meskipun menggerus laba, Arief menilai langkah restrukturisasi diperlukan sejalan dengan upaya transformasi digital perusahaan. Transformasi digital tersebut mencajup pengembangan saluran alternatif, integrasi cabang, automasi proses, transformasi infrastruktur IT, dan pelatihan karyawan.
Selain itu, dengan restrukturisasi, perseroan bisa melakukan efisiensi terhadap beban operasional sekitar 10 hingga 15 persen tahun ini.
Dari sisi pembiayaan, tahun lalu perusahaan menyalurkan pembiayaan sebesar Rp65,3 triliun atau tumbuh 3 persen secara tahunan.
Pertumbuhan kredit antara lain ditopang oleh penyaluran kredit ke segmen usaha kecil dan menengah yang mencapai Rp11, 6 triliun, atau tumbuh 25 persen dari tahun sebelumnya, Rp9,3 triliun. Sementara, pembiayaan melalui BPTN Syariah tumbuh 21 persen dari Rp5 triliun.
Pertumbuhan kredit diiringi peningkatan kualitas kredit tetap terjaga, dengan rasio kredit bermasalah (NPL) sebesar 0,9 persen.
Dari sisi pendanaan, total pendanaan tercatat Rp76,5 triliun atau tumbuh 5 persen secara tahunan. Sebesar Rp66,2 triliun diantaranya merupakan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh tiga persen.
Sementara, total aset perseroan tercatat naik 5 persen menjadi Rp95,5 triliun.
Direktur Utama BTPN Jerry Ng menambahkan ke depan, perusahaan akan terus melanjutkan transformasi digital seiring perkembangan zaman. Dengan transformasi digital, jaringan layanan nasabah bertambah luas dan kualitas layanan nasabah tetap terjaga meskipun organisasi menjadi lebih ramping dan jumlah kantor cabang berkurang.
"Kami akan melanjutkan investasi. Kami percaya bahwa masa depan itu digitalisasi. Digitalisasi itu bukan sesuatu yang bisa kami hindari," ujarnya.
Selain itu, pada kuartal II tahun ini, perusahaan juga berencana melakukan penawaran saham perdana (IPO) PT BTPN Syariah dengan melepaskan porsi 10 persen saham ke publik. Saat ini besaran permodalan BTPN Syariah mencapai Rp2,25 triliun.
(gir/bir)