Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) meyakini perbankan akan kembali menurunkan suku bunga kredit tahun ini, seperti yang telah dilakukan sejak akhir 2017.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan faktor pertama yang mendorong penurunan suku bunga kredit bank tahun ini adalah dari sisi kebijakan moneter. Kebijakan moneter BI berupa penurunan suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) menjadi 4,25 persen sejak akhir tahun lalu.
"Dari sisi moneter, itu (penurunan 7DRRR) sudah sesuai dengan perkiraan inflasi yang diperkirakan akan terkendali di kisaran 3,5 persen plus minus satu persen dan perkiraan kenaikan Fed Fund Rate (suku bunga The Fed)," ujar Perry di kantornya, Kamis (15/2).
Adapun kenaikan FFR diperkirakan akan terjadi sebanyak tiga kali pada tahun ini dan dua kali pada tahun depan. Namun, risiko kenaikan ini telah diantisipasi dengan tingkat 7DRRR saat ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktor lain, suku bunga kredit bank memang tengah berada pada tren penurunan. Ia mencatat, secara rata-rata harian, suku bunga kredit bank telah turun 150 baiss poin.
"Misalnya, suku bunga kredit konsumsi itu masih 12,54 persen, kredit investasi 10,51 persen, dan kredit modal kerja 10,75 persen," terangnya.
Dari sisi makroprudensial, BI juga telah melonggarkan ketentuan pencadangan kas bank yang disimpan di BI (Giro Wajib Minimum/GWM), sehingga dipercaya bisa membantu likuiditas perbankan untuk mengalirkan kredit dengan suku bunga yang lebih murah.
Kemudian, BI juga merangkul Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menurunkan suku bunga kredit dengan memastikan bahwa bank terus melakukan efisiensi dan meningkatkan pendapatan bunga maupu non bunga, misalnya melalui fee based income.
"Langkah koordinasi ini terlihat mulai menghasilkan dengan biaya tenaga kerja, beban operasi lainnya, dan CAR yang meningkat dengan adanya kenaikan dari fee based income. Nampak fee based ini membaik. Makanya masih ada ruang untuk menurunkan suku bunga kredit dari bank," pungkasnya.
Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto mengatakan, adapula faktor pendorong turunnya suku bunga kredit bank lantaran bank harus berkompetisi dengan pasar modal.
Sebab, pertumbuhan pendanaan pasar modal meningkat pada tahun lalu lantaran adanya perbaikan rating investasi Indonesia oleh berbagai lembaga pemeringkat internasional. Hal ini membuat imbal hasil (yield) kian menarik.
"Perbankan bagaimana? Kalau dia mau bertahan, dia harus turunkan (kreditnya) untuk berkompetisi juga dengan pasar modal," katanya secara terpisah.
Tak hanya dengan pasar modal, persaingan antar sesama bank pun diperkirakan Erwin bisa membuat tingkat suku bunga kredit kian kompetitif atau lebih rendah. Misalnya, menurut Erwin, beberapa bank Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) III berambisi menggaet pasar nasabah bank BUKU IV dengan memberikan suku bunga yang lebih kompetitif.
(lav)