Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak dunia menyentuh level tertingginya dalam dua pekan terakhir pada perdagangan Kamis (22/2), waktu Amerika Serikat (AS) yang ditopang oleh kejutan dari merosotnya persediaan minyak mentah Amerika Serikat dan pelemahan dolar AS.
Mengutip
Reuters (23/2), harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) terkerek sebesar US$1,09 atau 1,8 persen menjadi US$62,77 per barel setelah bergerak di kisaran US$60,75 dan US$63,09 per barel atau tertinggi sejak 7 Februari 2018.
Kenaikan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka Brent sebesar US$0,97 atau 1,5 persen menjadi US$66,39 per barel. Sebelumnya, harga Brent sempat menyentuh level US$66,56 per barel, tertinggi dalam dua pekan terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan data Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA), persediaan minyak mentah AS pada pekan lalu merosot hingga 1,6 juta barel atau di luar dugaan. Hal itu seiring dengan merosotnya net import ke level rendah dan melesatnya ekspor di tengah turunnya stok di hub penyimpanan utama di Cushing, Oklahoma.
Sebelumnya, stok minyak mentah AS diperkirakan melejit 1,8 juta barel, mengingat stok biasanya akan meningkat secara musiman saat kegiatan kilang dipangkas demi perawatan.
"Data mingguan EIA mendukung harga minyak WTI dengan mempertimbangkan kondisi AS dan penarikan di Cushing, di mana terjadi kenaikan pada ekspor minyak mentah di atas dua juta barel per hari (bph) dan produksi yang relatif datar," terang Analis Pasar Energi CHS Hedging LLC Anthony Headrick di Inver Grove Heights, Minnesota.
EIA menambahkan, stok minyak mentah di Cushing, Oklahoma, yang merupakan hub utama pengiriman minyak mentah berjangka AS merosot 2,7 juta barel pekan lalu. Penurunan tersebut telah terjadi selama sembilan minggu berturut-turut.
"Penyebab persediaan (minyak mentah) terus menurun di Cushing adalah pasar masih dalam kondisi kekurangan pasokan, sehingga menyimpan minyak mentah menjadi tidak ekonomis," kata Presiden Lipow Oil Associate Andrew Lipow di Houston, Texas.
Dalam kondisi pasar kekurangan pasokan, harga minyak mentah yang diperdagangkan sekarang lebih tinggi dbanding harga minyak mentah yang diperdagangkan di masa mendatang. Akibatnya, penyimpanan menjadi tidak menarik.
"Akan lebih masuk akal jika Anda mencairkan persediaan yang ada di tangan Anda," imbuh Lipow.
Impor bersih minyak mentah AS turun 1,6 juta bph menjadi di bawah lima juta bph pada pekan lalu, terendah sejak EIA mulai mencatat data tersebut pada 2001 silam.
Sementara, ekspor minyak mentah Negeri Paman Sam melonjak menjadi sedikit di atas 2 juta bph, mendekati rekor 2,1 juta bph pada Oktober 2017. Hal itu membantu mendorong impor bersih AS ke level terendah dalam catatan.
Pekan lalu, Lousiana Offshore Oil Port (LOOP) , terminal terbesar minyak mentah yang dimiliki oleh swasta di AS, merampungkan pengangkut minyak mentah berukuran besar (VLCC) pertama pada operasi bongkar muat minyak mentah di terminal bawah laut. Tangki super itu mampu mengirimkan sekitar dua juta barel minyak mentah.
Harga minyak mentah juga didukung oleh pelemahan dolar AS dari levelnya puncaknya untuk delapan hari terakhir. Pelemahan dolar membuat minyak mentah dan komoditas lain yang diperdagangkan dengan dolar AS menjadi relatif lebih murah bagi pemegang mata uang lain.
Korelasi antara pergerakan harga minyak dan kurs dolar AS telah menguat pada beberapa pekan terakhir, seiring peningkatan penjualan aset lain yang dimiliki oleh investor untuk membeli dolar AS di pasar dengan harapan bisa mempercepat laju kenaikan kurs dolar AS di pasar.
(bir)