Jakarta, CNN Indonesia -- Penurunan perolehan premi di lini bisnis asuransi harta benda/properti dan energi membuat pertumbuhan premi industri asuransi umum tumbuh tipis 2,71 persen pada tahun lalu. Yakni, dari Rp61,51 triliun menjadi Rp63,18 triliun.
Laju pertumbuhan premi yang tipis tersebut bahkan lebih rendah dibanding pencapaian tahun 2016 ke 2017 yang sebesar 5,1 persen.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody AS Dalimunthe merinci, pendapatan premi dari asuransi harta benda tercatat turun lima persen. "Kami sempat ekspektasi tumbuh tinggi, terlebih lagi dari proyek properti Meikarta, tetapi nyatanya pertumbuhan di Meikarta tidak sebesar itu," tutur dia, Selasa (27/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, perolehan premi asuransi energi di tahun ini, kata Ketua Departemen Statistik, Riset, dan Analisa AAUI Anita Faktasia, juga tercatat lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Yakni dari Rp1,82 triliun menjadi hanya Rp1,63 triliun.
"Hal ini karena banyak penundaan eksplorasi lantaran harga minyak dunia tahun lalu tidak terlalu bagus," katanya.
Kendati lini asuransi harta benda melempem di tahun lalu, sumbangsihnya terhadap total pendapatan premi industri masih mendominasi. Menurut Dody, pendapatan premi dari lini asuransi harta benda mencapai Rp18,29 triliun. Diikuti oleh asuransi kendaraan bermotor sebesar Rp17,23 triliun.
"Dua lini usaha ini menjadi kebutuhan dasar seseorang. Apalagi, di kota besar. Jakarta sendiri paling dominan di lini usaha harta benda," imbuh Dody.
Kontributor premi terbesar ketiga, yaitu asuransi kesehatan. Namun, saat ini, masyarakat banyak mengalihkan kebutuhan perlindungan kesehatannya ke program Jaminan Kesehatan Nasional BPJS Kesehatan. Sehingga, produk asuransi umum di asuransi komersial tak lagi menjadi produk primer mereka.
(bir)