Jakarta, CNN Indonesia -- Pelaku usaha industri asuransi umum agaknya percaya diri dapat membukukan pertumbuhan premi paling sedikit 10 persen pada tahun ini. Optimisme tersebut mengacu pada percepatan pemulihan ekonomi nasional.
PT Asuransi Asoka Mas, salah satunya, optimis dapat mengantongi pertumbuhan premi 18 persen di tahun ini. "Target perusahaan tahun ini sebesar Rp1,3 triliun," ujar Direktur Utama Asoka Mas Yulianto Hengki.
Adapun, lini usaha properti masih akan menjadi penyumbang pendapan premi. Sebagai bukti, pendapatan premi properti perusahaan naik 20 persen saat perolehan industri malah turun lima persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pendapatan premi kami tiap tahunnya sekitar 40 persen dari lini asuransi kebakaran dan properti," jelas Yulianto.
Selanjutnya, perusahaan mendapatkan premi dari asuransi kendaraan bermotor dan asuransi pengangkutan serta rangka kapal masing-masing sebesar 20 persen.
"Sisanya adalah lini asuransi lainnya," imbuh dia.
Sementara itu, Direktur Utama PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia Nicolaus Prawiro menyatakan, perusahaan menargetkan pertumbuhan pendapatan premi 20 persen. Melihat kinerja perusahaan tahun lalu, pendapatan premi tembus Rp1,01 triliun atau naik dari tahun 2016 yang hanya Rp777 miliar.
"Target 2018 diharapkan Rp1,2 triliun," katanya.
Optimisme pelaku usaha didasari oleh pertumbuhan ekonomi lima persen. Di samping itu, perusahaan juga berharap peningkatan jumlah broker dan rekanan perusahaan di sejumlah daerah dapat membantu manajemen mencapai target tahun ini.
"Proyek pertumbuhan dari industri juga menjadi penopang target tahun ini," ucap Nicolaus.
Terkait realisasi kinerja tahun lalu, Nicolaus merinci, raihan premi berasal dari beberapa jenis asuransi, yakni kendaraan bermotor dengan kontribusi sebesar 56 persen, asuransi kebakaran sebesar 40 persen, dan sisanya asuransi kargo serta asuransi engineering.
PT Asuransi Wahana Tata atau Aswata juga mengharapkan peningkatan premi setidaknya 10 persen tahun ini. Direktur Utama Aswata Christian Wanandi menjelaskan, jenis asuransi properti dan kendaraan bermotor akan menjadi motor penggerak dari pendapatan premi tahun 2018.
Pasalnya, jelas Christian, kontribusi jenis asuransi keduanya menjadi yang terbesar dari total pendapatan premi tahun lalu yang sebesar Rp1,9 triliun. Ia merinci, kontribusi dari premi properti sebesar 34 persen dan premi kendaraan bermotor sebesar 39 persen.
"Secara nominal, asuransi properti tahun lalu naik lima persen," tutur Christian.
Target Premi Industri 5 Persen Kendati sebagian perusahaan asuransi optimis dengan pendapatan premi tahun ini, tetapi Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) hanya menargetkan premi industri naik sekitar lima persen pada tahun ini. Angka itu hampir sama dengan pencapaian pertumbuhan pendapatan premi dua tahun lalu atau 2016 lalu yang sebesar 5,1 persen.
Alasannya hampir sama dengan perusahaan asuransi, yakni sejalan dengan optimisme pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini yang bisa mencapai 5,4 persen atau naik dari realisasi pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang sebesar 5,07 persen.
"Kami juga jadi optimis dengan sikap optimis pemerintah, karena dengan pertumbuhan ekonomi 5,4 persen artinya ada peningkatan konsumsi," terang Dody.
Ia berpendapat, pendapatan premi dari lini usaha kendaraan bermotor akan menjadi pendorong utama raihan premi industri tahun 2018. Pasalnya, Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) memprediksi penjualah motor tahun ini dipatok tumbuh menjadi 6,1 juta unit.
"Otomatis asuransi untuk kendaraan bermotor ikut naik," terang Dody.
Selain itu, premi asuransi kredit juga diramalkan meningkat seiring dengan potensi kenaikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) tahun ini. Ditambah lagi, premi asuransi rekayasa ikut naik dengan beberapa proyek yang masih dalam masa pembangunan.
Sepanjang tahun lalu, premi asuransi kendaraan bermotor tercatat tumbuh 4,5 persen dari Rp16,48 triliun menjadi Rp17,23 triliun. Sementara, pertumbuhan dari premi asuransi kredit lebih tinggi lagi, yakni sebesar 10,8 persen menjadi Rp5,16 triliun dari Rp4,66 triliun.
"Kenaikan pada asuransi kredit pada tahun lalu dipengaruhi sektor korporasi yang menunda pengambilan kredit sebelumnya tapi kini telah kembali mengambil kredit," papar Dody.
Ia menambahkan, kredit perbankan tahun lalu untuk modal kerja sepanjang tahun lalu naik sebesar 8,5 persen, kredit investasi naik 4,8 persen, dan kredit konsumsi naik 11 persen.
(bir)