Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) memperkirakan rasio permodalan (risk based capital/RBC) sepanjang 2017 secara rata-rata serupa dengan posisi tahun sebelumnya yakni 266,7 persen.
Direktur Eksekutif AAUI Dody A. S. Dalimunthe menjelaskan mayoritas perusahaan asuransi sepanjang tahun lalu berusaha menaikan kualitas dengan memperbaiki permodalan untuk mengurangi risiko.
"Saya asumsikan minimal sama karena perusahaan asuransi sedang mencoba memperbaiki kesehatan keuangan," tutur Dody kepada CNNIndonesia.com, dikutip Selasa (27/2).
Namun, ia belum bisa menjabarkan lebih rinci, karena AAUI masih menunggu data laporan keuangan yang sudah diaudit dari masing-masing perusahaan asuransi umum tahun 2017. Hanya saja, ia memastikan sebagian besar telah mematuhi aturan minimal RBC sebesar 120 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau belum 120 persen sampai tahun lalu pasti sudah kena surat peringatan, tidak mungkin ada yang di bawah itu tahun lalu," sambung Dody.
Maka itu, AAUI menyebut realisasi rata-rata RBC sepanjang tahun lalu berpeluang tumbuh dibandingkan 2016. Pasalnya, RBC untuk satu perusahaan asuransi tahun 2017 diperkirakan berada di level 150 persen.
"120 persen itu terlalu minimal, kalau ada apa-apa bahaya. Jadi pasti per perusahaan menuju 150 persen," jelas Dody.
RBC Pelaku Asuransibeberapa perusahaan asuransi mengklaim RBC hingga akhir tahun 2017 berada di atas 150 persen. Misalnya saja, PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia mencatat RBC sepanjang tahun lalu sekitar 181 persen.
"Masih jauh di atas ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mensyaratkan 120 persen," ungkap Direktur Utama PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia Nicolaus Prawiro.
Untuk tahun ini, pihaknya akan menjaga RBC pada kisaran tersebut. Nicolaus mengaku perusahaan memiliki permodalan yang kuat ditambah dengan dukungan pemegang saham.
"Tapi tetap ekspansi, tahun ini kami sudah meresmikan dua kantor dan bulan Maret akan meresmikan kantor di Karawang dan Palangka Raya," papar Nicolaus.
Sedangkan Direktur Utama PT Asuransi Wahana Tata Christian Wanandi menyatakan RBC perusahaan pada akhir tahun 2017 tembus 270 persen. Tak menyebut secara pasti targetnya, Ia berharap RBC perusahaan tahun ini bisa tumbuh seiring dengan semakin kuatnya permodalan perusahaan
"Modal kami lebih dari cukup, kami tidak ada pencarian permodalan," jelas Christian.
Selanjutnya, rasio kecukupan modal PT Asuransi Asoka Mas tahun lalu berada di level 155,75 persen. Direktur Utama Yulianto Hengki menjelaskan angka itu setara dengan ekuitas sebesar Rp178,2 miliar. Namun, ia menekankan angka ini masih berupa unaudited.
"(Tahun ini) minimal rasio sama dan ekuitas naik ke Rp200 miliar," kata Yulianto.
Sama seperti perusahanaan asuransi lainnya, Asuransi Asoka Mas juga tidak berniat untuk mencari permodalan dari eksternal. Perusahaan akan memanfaatkan permodalan dari premi yang ditargetkan naik 18,18 persen tahun ini.
"Premi meningkat, ekuitas juga akan meningkat," tutur Yulianto.
Ia menyebut, perusahaan meraih pendapatan premi sepanjang tahun lalu sebesar Rp1,1 triliun atau naik dari tahun 2016 yang hanya Rp900 miliar. Dengan target pertumbuhan 18 persen, maka minimal perusahaan akan meraup pendapatan premi sebesar Rp1,3 triliun.
(lav)