Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perhubungan akan menempuh opsi berutang kepada Pemerintah Jepang, jika Japan Bank for International Cooperation (JBIC) urung mendanai proyek kereta semi cepat Jakarta-Surabaya.
Sampai saat ini, Menteri Perhubungan Budi karya Sumadi menuturkan masih melakukan penjajakan dan pembicaraan dengan JBIC.
"Ada
loan (pinjaman) dari
government (pemerintahan Jepang)," ujarnya, Rabu (14/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian, ia menilai saat ini masih terlalu dini untuk menilai keinginan JBIC mendanai proyek transportasi tersebut.
"Pembiayaan dari JBIC masih dibicarakan. Belum
fix (pasti), karena angkanya masih belum tahu," terang dia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan bilang bahwa Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah menyelesaikan kajian terkait penggunaan rel untuk kereta cepat Jakarta-Surabaya.
Namun, ia mengaku belum mendapatkan laporan terkait hasil kajian. Terdapat tiga opsi pembangunan dalam kereta semi cepat ini. Opsi pertama, yaitu memperbarui jalur yang sudah ada menjadi
narrow gauge.
Selain itu, pemerintah juga punya opsi untuk menggunakan jalur
existing dengan
single track standard gauge atau
standard gauge double track.
Adapun, teknologi
narrow gauge adalah tipe rel kecil dengan ukuran 1.067 milimeter (mm), sementara teknologi
standard gauge memiliki lebar rel 1.435 mm.
Proyek ini diperkirakan menelan investasi sekitar Rp60 triliun. Angka ini sudah termasuk investasi sebesar Rp20 triliun untuk 800 lintas sebidang kereta api Jakarta-Surabaya.
(bir)