Ada Tujuh Lokasi Sub Penyalur BBM Siap Beroperasi Tahun Ini

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Kamis, 15 Mar 2018 20:05 WIB
BPH Migas menyebut ada tujuh titik sub penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM) baru yang siap beroperasi tahun ini.
BPH Migas menyebut ada tujuh titik sub penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM) baru yang siap beroperasi tahun ini. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan).
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) menyebut ada tujuh titik sub penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM) baru yang siap beroperasi tahun ini.

"Kami mencoba untuk mengimplementasikan (sub penyalur BBM) di tujuh titik yang sudah siap. Di daerah jauh-jauh. Di Gorontalo, salah satunya. Kemudian, ada di Seram, Maluku," ujar Anggota Komite BPH Migas Henry Achmad di Gedung Migas, Kamis (15/3).

Ketentuan tentang kriteria sub penyalur telah diatur oleh BPH Migas dalam peraturan BPH Migas Nomor 6 Tahun 2015 tentang Penyaluran Jenis BBM Tertentu dan Jenis BBM Khusus Penugasan pada Daerah yang Belum Terdapat Penyalur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Berbeda dengan program BBM Satu Harga yang menjadi perpanjangan tangan Badan Usaha Niaga Minyak dan Gas (migas), sub penyalur BBM bukan merupakan objek niaga. Sub penyalur merupakan kegiatan patungan konsumen dan hanya melakukan penyaluran tertutup di satu wilayah tertentu untuk kelompok konsumen tertentu.

"Prinsipnya, ada sekelompok konsumen. Setelah mereka mendapatkan kesempatan menjadi sub penyalur, mereka bisa mendapatkan BBM dari penyalur yang ditunjuk," katanya.

Skemanya, sub penyalur membeli BBM dari penyalur BBM, seperti Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum maupun Agen Premium Minyak Solar (APMS). Lokasi sub penyalur ke penyalur BBM terdekat minimal lima kilometer (km). Jumlah yang diperkenankan untuk dibeli maksimal hanya 3 kiloliter (kl) untuk jenis BBM solar dan premium.


"Skalanya kecil, seperti Pertamini," terang dia.

Kemudian, sub penyalur bakal mendistribusikan BBM dengan harga sesuai pembelian ditambah ongkos angkut kepada para konsumen yang sebelumnya telah terdaftar di sub penyalur dan terverifikasi oleh pemerintah daerah setempat.

Biaya angkut dan penyimpanan ditanggung oleh konsumen. Namun, pemerintah daerah mengatur harga tertinggi untuk komponen ongkos angkut.

Beberapa daerah, lanjut Henry, telah mengimplementasikan kegiatan sub penyalur, terutama di daerah terpencil yang jaraknya sangat jauh dari lokasi penyalur BBM seperti di pedalaman Asmat, Papua dan Pulau Selayar, Sulawesi Selatan.


"Di Selayar, waktu belum ada sub penyalur, harga premium bisa mencapai Rp10 ribu hingga Rp11 ribu setelah ada sub penyalur harganya bisa berkisar Rp7 ribu per liter," imbuh Henry.

Besaran investasi sub penyalur untuk fasilitas penyimpanan juga tidak sebesar SPBU yang bisa mencapai miliaran. Di Selayar, sub penyalur berinvestasi sekitar Rp45 juta hingga Rp55 juta.

Henry berharap program sub penyalur dan BBM satu harga bisa meningkatkan akses masyarakat terhadap energi sehingga bisa mendorong kegiatan ekonomi di masing-masing wilayah. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER