Jumlah Pelanggan PLN Diestimasi Melonjak 30 Persen pada 2027

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Senin, 19 Mar 2018 10:18 WIB
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memperkirakan jumlah pelanggan tenaga listrik bakal mencapai 92,97 juta pelanggan pada 2027 mendatang.
Peningkatan jumlah pelanggan dan penjualan akan diakomodasi oleh penambahan kapasitas pembangkit gabungan seluruh Indonesia. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memperkirakan jumlah pelanggan tenaga listrik bakal mencapai 92,97 juta pelanggan pada 2027 mendatang. Angka itu melonjak sekitar 30,22 persen dibandingkan proyeksi jumlah pelanggan tahun ini yang sebanyak 71,05 juta pelanggan.

Peningkatan jumlah pelanggan dan penjualan diklaim akan diakomodasi oleh penambahan kapasitas pembangkit gabungan seluruh Indonesia.

Berdasarkan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018-2027 dikutip Senin (19/3), pertumbuhan jumlah pelanggan terbesar berasal dari sektor publik yakni diperkirakan sekitar 87,37 persen, dari 1,99 juta tahun lalu menjadi 3,74 juta pelanggan pada tahun ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Secara jumlah, total pelanggan rumah tangga tetap mendominasi dengan proyeksi lonjakan menjadi 82,11 juta pelanggan pada 2027 dari proyeksi tahun ini, 65,23 juta pelanggan," demikian dikutp dari keterangan tertulis, Senin (19/3).


Kemudian, pelanggan sektor bisnis bakal naik dari 3,75 juta pelanggan menjadi 7 juta pelanggan dan sektor industri bakal mekar dari 78 ribu pelanggan menjadi 122 ribu pelanggan.

Pertumbuhan jumlah pelanggan juga diikuti dengan proyeksi kenaikan pertumbuhan penjualan listrik yaitu dari 239.265 GigaWatthour (GWh) pada 2018 menjadi 433.852 GWh. Angka itu setara dengan kenaikan konsumsi listrik per kapita dari 905 kiloWatthour (kWh) per kapita menjadi 1.501 kWh per kapita.

"Program peningkaan rasio elektrfikasi dan program pemerintah untuk membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Industri, kawasan strategis pariwisata nasional, sentra kelautan dan perikanan terpadu dan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) signifikan mempegaruhi peningkatan permintaan listrik," seperti tertulis dalam RUPTL 2018-2027.

Peningkatan jumlah pelanggan dan penjualan akan diakomodasi oleh penambahan kapasitas pembangkit gabungan seluruh Indonesia. Selama periode 2018-2027 perseroan berencana menambah kapasitas pembangkit sebesar 56 GigaWatt (GW) atau 5,6 GW per tahun.

Penambahan kapasitas pembangkit listrik tersebut lebih rendah dari pada RUPTL 2017-2026, 78 GW, karena proyeksi pertumbuhan kebutuhan listrik yang lebih rendah yaitu dari rata-rata 8,3 persen per tahun menjadi 6,86 persen per tahun.


"Turunnya rata pertumbuhan kebutuhan listrik (2018-2027) karena pertumbuhan ekonomi," ujar Direktur Perencanaan Korporat PLN Syofvi Felienty Roekman beberapa waktu lalu.

Selain itu, menurut Syofvi, penurunan kebutuhan listrik karena masyarakat sudah lebih hemat dalam menggunakan energi.

Jika dirinci, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara bakal mendominasi jenis pembangkit yang akan dibangun yaitu mencapai 26,8 GW atau 47,8 persen dari total tambahan kapasitas pembangkit. Kemudian, Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap dengan kapasitas 10,4 GW atau 18,6 persen dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) sebesar 3,8 GW atau 6,8 persen.

Sementara itu, untuk energi baru dan terbarukan (EBT) yang terbesar adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 8,3 GW atau 14,8 persen dari total kapasitas total. Setelah itu, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi sebesar 4,6 GW atau 8,2 persen, dan sisanya pembangkit listrik dari tenaga listrik lainnya sebesar 2,1 GW. (lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER