ANALISIS

Taksi Express dan Nasibnya Usai Gagal Bayar Bunga Utang

Dinda Audriene Muthmainah | CNN Indonesia
Sabtu, 31 Mar 2018 14:09 WIB
Analisis berpendapat Taksi Express perlu segera memutuskan skema pembayaran obligasi yang tertunda, salah satunya melalui restrukturisasi utang.
Analisis berpendapat Taksi Express perlu segera memutuskan skema pembayaran obligasi yang tertunda, salah satunya melalui restrukturisasi utang. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Memburuknya kondisi keuangan emiten transportasi, PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) kian nyata setelah perusahaan menunda pembayaran kupon atau bunga obligasi I tahun 2014 pada Senin (26/3) lalu.

Keputusan itu membuat citra perusahaan semakin buruk, terlebih PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) langsung menurunkan peringkat utang korporasi Express Transindo menjadi selective default (SD) dari BB-. Selain itu, peringkat obligasi I tahun 2014 juga diturunkan dari BB- menjadi D.


Pihak Pefindo mengatakan penurunan peringkat itu dilatarbelakangi oleh pelemahan kinerja perusahaan hingga manajemen tak mampu membayar bunga obligasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kini, Express Transindo perlu memutar otak untuk bisa membayar bunga obligasi agar beban utang perusahaan tidak semakin membengkak. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III 2017, jumlah beban perusahaan tercatat naik 2,19 persen menjadi Rp1,86 triliun dari posisi akhir 2016 sebesar Rp1,82 triliun.


Dari total liabilitas tersebut, jumlah beban utang obligasi berjumlah Rp995,02 miliar. Angka itu naik 0,17 persen dibandingkan dengan obligasi pada Desember 2016 sebesar Rp993,24 miliar.

Namun, kenaikan liabilitas tidak diikuti dengan jumlah ekuitas perusahaan. Ekuitas Express Transindo pada sembilan bulan terakhir tahun lalu justru turun hingga 28,62 persen menjadi hanya Rp525,82 miliar dibandingkan dengan akhir 2016 yang masih sebesar Rp736,71 miliar.

Restrukturisasi

Analis Oso Sekuritas Ike Widiawati menilai struktur keuangan perusahaan memang negatif beberapa waktu terakhir. Express Transindo belum juga meraup laba bersih ketika utang semakin meningkat.

"Jumlah utang (liabilitas) naik tidak masalah sebenarnya kalau diikuti dengan kenaikan ekuitas (modal). Ini kan tidak, jumlah aset juga turun dan perusahaan rugi," ucap analis Oso Sekuritas Ike Widiawati kepada CNNIndonesia.com, Jumat (30/3).

Tercatat, jumlah aset perusahaan pada kuartal III 2017 lebih rendah 6,27 persen dari posisi akhir 2016 sebesar Rp2,55 triliun menjadi hanya Rp2,39 triliun. Kemudian, perusahaan juga menderita kerugian hingga Rp210,57 miliar per September 2017.

Ike berpendapat, perusahaan perlu segera memutuskan skema pembayaran obligasi yang tertunda, salah satunya melalui restrukturisasi utang.


Dia mencontohkan kasus PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang melakukan restrukturisasi utang dengan skema Obligasi Wajib Konversi (OWK). Artinya, utang diganti dengan konversi saham perusahaan.

"Sekarang tunggu manajemen Express Transindo untuk restrukturisasi utang, kalau butuh keputusan cepat mereka harus Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB)," jelas Ike.

Melihat Siasat Taxi Express Bayar Bunga ObligasiArmada Taksi Express (Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Opsi lainnya, perusahaan juga bisa melakukan aksi korporasi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue untuk menambah modal. Uang segar yang didapat dari rights issue bisa digunakan manajemen untuk membayar berbagai kewajiban utang, termasuk utang obligasi.

"Masa depan perusahaan masih bisa diselamatkan, lihat saja utang BUMI dulu tapi sekarang perusahaan itu bisa mengatasinya," papar Ike.

Rapat dengan Pemegang Obligasi

Secara terpisah, Kepala Divisi Operasional Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Ifan Mohamad Ihsan menjelaskan hal utama yang bisa dilakukan perusahaan atas gagal bayar bunga obligasi, yakni mengadakan pembicaraan dengan pemegang obligasi dalam Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO).

"Dalam RUPO akan dilihat kemampuan perusahaan terkait kewajiban finansialnya," terang Ifan.

Setelah itu, Express Transindo bisa meminta dua opsi restrukturisasi utang, antara lain perpanjangan jangka waktu pelunasan dan pemotongan tingkat bunga yang akan dibayarkan. Menurut Ifan, jika opsi kedua disetujui oleh pemegang obligasi maka dampaknya akan sangat baik bagi perusahaan.

"Karena kewajiban akan berkurang, tapi kembali lagi harus disetujui dalam RUPO tersebut," imbuh Ifan.

Citra Buruk TAXI

Di sisi lain, Ike menilai turunnya peringkat utang korporasi menjadi selective default dari BB- dan obligasi I tahun 2014 menjadi D dari BB- terbilang fatal. Hal ini karena penurunan terjadi secara langsung atau tidak bertahap.

"Biasanya kalau peringkat turun dari BB- menjadi CC atau CC- baru D, kalau ini kan tidak, ini langsung signifikan turunnya," ucap Ike.

Kendati demikian, dia masih percaya perusahaan bisa menyelamatkan diri dari kebangkrutan dengan berkaca pada Bumi Resources yang juga berhasil bangkit dari keterpurukan.

Ike menekankan restrukturisasi utang yang perlu dilakukan perusahaan bukan hanya terhadap obligasi I tahun 2014, melainkan seluruh utang perusahaan.

Melihat Siasat Taxi Express Bayar Bunga ObligasiTaksi Express saat beroperasi. (Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino)

Sementara, Ifan berpendapat kegagalan perusahaan membayar bunga obligasi mempengaruhi citra perusahaan secara keseluruhan, bukan hanya soal obligasi yang diterbitkannya saja.

Hanya saja, ia mengatakan bila Express Transindo berhasil membayar utang obligasi dan memperbaiki kinerjanya, maka minat investor terhadap penerbitan obligasi perusahaan selanjutnya tetap ada.

"Karena biasanya yang dilihat adalah kondisi saat penerbitan tersebut dan ke depannya bagaimana," ujar Ifan.


Dalam surat Express Transindo yang ditujukan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kemarin, Kamis (29/3), perusahaan berjanji akan membayar utang obligasi ke 15 tersebut pada 5 April 2018. Namun, manajemen tak menjelaskan secara pasti asal dana yang digunakan untuk pembayaran tersebut.

Perusahaan hanya memaparkan alasan penundaan pembayaran bunga obligasi terpaksa dilakukan karena manajemen sedang dalam proses pengadaan pendanaan saat ini. (asa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER