Jakarta, CNN Indonesia -- Perbankan mulai menyasar penggunaan
uang elektronik di pasar tradisional, seiring tingginya potensi transaksi sistem pembayaran di tempat tersebut.
PT Bank Mandiri Tbk misalnya, baru saja menggandeng PD. Pasar Jaya untuk mengenalkan transaksi nontunai menggunakan uang elektronik kepada pedagang pasar tradisional di DKI Jakarta.
Sebagai proyek perdana, Pasar Mayestik di Jakarta Selatan dipilih sebagai pasar tradisional pertama yang melayani transaksi perdagangan dengan uang elektronik keluaran perseroan, e-Money.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sinergi di Pasar Mayestik ini menjadi pilot program untuk kerja sama serupa di seluruh pasar kelolaan PD. Pasar Jaya," ujar Hery di Pasar Mayestik, Jakarta, Rabu (4/4).
Hery meyakini, kolaborasi kedua badan usaha dapat mendukung program inklusi keuangan pemerintah. Ia pun meyakini potensi transaksi uang elektronik di pasar tradisional cukup menggiurkan.
Sebagai gambaran, saat ini, PD Pasar Jaya mengelola lebih dari 153 pasar yang memiliki 105.223 tempat usaha, dengan omset bisnis yang diperdagangkan mencapai lebih dari Rp150 triliun per tahun. Rata-rata pasar kelolaan PD Pasar Jaya dikunjungi lebih dari 2 juta pengunjung setiap hari, atau sekitar 20 persen dari total penduduk DKI Jakarta.
Khusus di UPB Mayestik, terdapat sekitar 450 pedagang dengan frekuensi rata-rata kunjungan harian di tahun 2017 sebanyak 5.500 pembeli per hari.
"Kami menargetkan, hingga akhir tahun 2018, setidaknya 30 persen pasar yang ada di Jakarta bisa melayani transaksi menggunakan uang elektronik," ujarnya.
Saat ini, transaksi masyarakat di pasar masih didominasi pembayaran secara tunai. Padahal, transaksi secara nontunai bisa meningkatkan kenyamanan dalam berbelanja.
Dengan transaksi nontunai, konsumen tidak perlu repot membawa uang tunai dan bisa menekan risiko kehilangan. Pedagang juga tidak perlu repot menyiapkan uang kembalian dan bisa terhindar dari uang palsu. Bagi bank, peningkatan transaksi nontunai bisa meningkatkan efisiensi mengingat pengelolaan uang tunai membutuhkan biaya.
Untuk mengoptimalkan inisiatif ini, perseroan akan membuat program promo, seperti hadiah langsung bagi pengunjung yang melakukan pembelian kartu e-money dan program undian langsung.
Pada implementasi transaksi nontunai di pasar tradisional Mayestik, pedagang akan disewakan alat penerima pembayaran uang elektronik (
MPOS/Mandiri e-money card reader) yang disediakan oleh Q Cash dari PT. Cyber Smart Network Asia selama sebulan sebagai masa uji coba. Uang pembayaran nantinya akan langsung masuk ke rekening tabungan pedagang.
Setelah masa uji coba, pedagang kemungkinan akan menanggung sebagian biaya sewa alat.
"Tetapi, itu nanti kami lihat dulu kan masih uji coba. Kalaupun ditanggung pedagang, biayanya tidak mahal," ujarnya.
Nantinya, Q Cash juga akan membantu proses edukasi pedagang, perawatan alat pembayaran dan menangani keluhan pedagang. Per hari ini, 150 pedagang di Pasar Mayestik telah melayani transaksi uang elektronik perseroan.
Ke depan, perseroan akan terus memperluas penerima layanan transaksi uang elektronik, menyediakan sarana isi ulang, meningkatkan produksi kartu, memudahkan akses pembelian kartu untuk customer, edukasi, hingga membangun cashless society di berbagai sektor bisnis seperti Pasar Modern.
Hingga akhir 2017, perseroan telah menerbitkan lebih dari 13 juta keping uang elektronik dengan frekuensi transaksi mencapai 623 juta transaksi senilai Rp6,58 triliun. Jumlah tersebut meningkat tajak dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 385 juta transaksi dengan nominal Rp3,77 triliun.
Hery menyebutkan, tahun ini, perseroan menargetkan jumlah uang elektronik yang beredar bisa meningkat sekitar lima juta keping.
"Untuk transaksi kami targetkan tumbuh 10 hingga 20 persen," ujarnya.
Selain Bank Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) sebelumnya telah lebih dulu mengenalkan penggunaan uang elektronik miliknya, Brizzi ke pasar tradisional pada akhir 2016. Kala itu, perseroan mengenalkan Brizzi kepada pedagang di Pasar Manis Purwokerto.
Sekretaris Perusahaan BRI Bambang Tribaroto menargetkan bakal ada tambahan kartu Brizzi sebanyak 1,6 juta kartu. Dengan demikian, hingga akhir tahun ini, jumlag kartu Brizzi yang beredar ditargetkan mencapai 10 juta keping.
Dorong Gerakan Nontunai
Secara terpisah, Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasrudin menambahkan pasar tradisional ke depan memang harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman, salah satunya adaptasi teknologi dalam transaksi pembayaran nontunai.
"Transaksi nontunai bisa membantu kami dalam mendeteksi transaksi-transaksi yang seharusnya bisa ditangkap di pasar tradisional. Gunanya untuk mengetahui perputaraan uang di pasar tradisional dan pemerintah juga bisa menyerahkan bantuan dengan tepat guna," ujarnya.
Lebih lanjut, sesuai instruksi pemerintah kota Jakarta, PD Pasar Jaya terus berkomitmen untuk menggiatkan Gerakan Nasional Non Tunai di ibu kota dan menjadi percontohan bagi pasar tradisional di Indonesia.
(agi/bir)