Indeks Kepercayaan Konsumen RI Melorot Dua Poin

Lavinda | CNN Indonesia
Rabu, 11 Apr 2018 17:41 WIB
Berdasarkan survei Nielsen Indonesia, indeks kepercayaan konsumen Indonesia berada di urutan ketiga tertinggi di Asia Pasifik, setelah Filipina dan India.
Berdasarkan survei Nielsen Indonesia, indeks kepercayaan Konsumen Indonesia berada di urutan ketiga tertinggi di Asia Pasifik, setelah Filipina dan India. (CNN Indonesia/Hesti Rika Pratiwi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Kepercayaan Konsumen Indonesia pada kuartal IV 2017 tercatat menurun dua peringkat menjadi 125 dari periode tiga bulan sebelumnya di angka 127.

Namun, berdasarkan survei Nielsen Indonesia, indeks Indonesia berada di urutan ketiga di Asia Pasifik, setelah Filipina dengan indeks 131 dan India sebesar 130. Angka ini juga lebih baik dari China, Vietnam, dan Thailand.

Managing Director Nielsen Indonesia Agus Nurudin mengatakan tren indeks kepercayaan konsumen dipengaruhi tiga faktor, yakni prospek lapangan kerja, kondisi keuangan pribadi, dan keinginan untuk berbelanja dalam 12 bulan ke depan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Di Indonesia, prospek lapangan kerja pada akhir 2017 menyusut ke level 75 persen dari semula 70 persen pada kuartal ketiga tahun lalu. Kondisi keuangan pribadi stabil di level 68 persen karena masyarakat memiliki kesadaran untuk menabung.

Menariknya, intensi untuk berbelanja melonjak dari 56 persen menjadi 60 persen. Pertumbuhan indikatornya malah lebih tinggi dibandingkan Filipina dan India yang berada di peringkat teratas.

"Sebanyak 60 persen konsumen menilai bahwa waktu 12 bulan ke depan adalah waktu yang baik untuk mereka berbelanja hal-hal yang mereka inginkan dan butuhkan," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (11/4).

Indikator intensi belanja dianggap menjadi peluang bagi para pemilik merek untuk meningkatkan kedekatan dengan konsumen.


Berdasarkan data Nielsen beberapa waktu lalu, penjualan barang konsumsi selama periode Januari-September 2017 hanya tumbuh 2,7 persen, melanjutnya tren perlambatan penjualan barang konsumen bergerak cepat (fast moving consumer goods/FMCG) yang tahun sebelumnya hanya tumbuh 7,7 persen atau di bawah rerata penjualan tahunan 11 persen selama 10 tahun terakhir.

Sebelumnya, survei penjualan eceran Bank Indonesia (BI) menunjukkan penjualan ritel kuartal I 2018 hanya tumbuh sebesar 0,5 persen secara tahunan. Angka ini melambat dibandingkan kuartal IV 2017 yang tumbuh 1,8 persen, maupun periode yang sama tahun lalu 4,8 persen.

Perlambatan penjualan ritel disebabkan kontraksi penjualan komoditas peralatan informasi dan komunikasi, serta komoditas perlengkapan rumah tangga lain yang masing-masing menyusut hingga 12,6 persen dan 4,4 persen. (agi/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER